Bukan itu saja. Dampak dari 'politik parsial karena adanya muatan religius,' memunculkan penolakan dan penerimaan terhadap pemimpin yang beda iman. Terbukti dengan hasil survei CSIS pada 23-30 Agustus 2017, 58,4 % responden tidak mau menerima pemimpin yang tidak sama agamanya; dan hanya 39,15 % responden menerima pemimpin yang berbeda keyakinan dan agama.
Dampak lain dari 'politik parsial karena adanya muatan religius' ditambah dengan (adanya) sentiment SARA, menghasilkan kelompok yang tidak menyukai (bahkan membenci) kelompok-kelompok-kelompok atau komunitas lainnya. Hal tersebut, terbukti dari hasil survey Wahid Institute dan Lembaga Survei Indonesia. Menurut dua lembaga tersebut, 10 Kelompok atau pun komunitas yang sering jadi sasaran kebencian masyarakat dan acap diartikulasikan dalam bentuk kekerasan fisik; sepuluh kelompok tersebut adalah
- LGBT, 26,1 %
- Komunis, 16,1 %
- Yahudi, 10,7 %
- Kristen, 2,2 %
- Syiah, 1,3 %
- Wahabi, 0,5 %
- Buddha, 0,4 %
- China, 0,4 %
- Katolik, 0,4 %
- Khonghucu, 0,1 %
Selain itu, berdasar survey, 59,9 % memiliki kelompok yang dibenci. Dan diikuti dengan, 92,2 % tidak setuju jika anggota kelompok yang dibenci menjadi pejabat pemerintah; 82,4 % tidak rela anggota kelompok yang dibenci menjadi tetangga. Luar biasa.
Sedikit Catatan:Â
Kelompok atau komunitas yang menjadi sasaran kebencian tersebut dapat dibagi menjadi
- Kelompok Agama dan Aliran Keagamaan: Yahudi, Kristen, Syiah, Budha, Katolik, Khong Hu cu
- Kelompok Idiologi: Komunis, Wahabi
- Kelompok 'Penyimpangan' Kejiwaan: LGBT Â
Di sini, terjadi suatu 'kerumitan' pengolongan. Misalnya, ada kelompok yang menolak Syiah sebagai Islam, dan juga Wahabi bukan sebagai 'islam yang Benar.' Namun, jika memasukan Wahabi sebagai Idiologi (minus agama), maka akan menyamakannya dengan (Idiologi) Komunis. Padahal, kelompok Wahabi, pada umumnya sangat anti Komunis.Â
Tentang LGBT. Pada kalangan Kristen dan Katolik, serta sebagian Umat Islam, melihat LGBT sebagai biasa-biasa saja serta  bagian yang harus diterima. Namun, tak sedikit orang (umat) Kristen, Katolik, dan Islam menilai LGBT sebagai penyakit psikhologis, penyimpangan, bahkan dosa yang tak berampun serta tempatnya di Neraka karena kelakuan mereka melawan kodrat serta teks-teks Kitab Suci.
Kebencian Terhadap LGBT. Ini menarik, karena menempati urutan pertama. Berdasarkan pengalaman, melayani dan pelayanan (pada konteks pendampingan serta penguatan terhadap korban kekerasan psikhis dan fisik), kebencian atau pun ketidaksukaan terhadap LGBT tidak melulu datang satu kelompok agama atau pun organisasi massa. Kebencian terhadap LGBT ada di semua agama (terutama Katolik, Kristen, Islam), terutama mereka yang tergolong fundamentalis agama dan radikal. Kelompok-kelompok fundamentalis ini lah, yang akhir-akhir ini berteriak nyaring terhadap LGBT.
Latar Idiologi responden dan Latar Keagamaan Responden. Jika memperhatikan hasil survey di atas, misalnya nomor 6, hanya 0.5 % responden yang membenci Wahabi, namun pada nomor 1-5, ada sejumlah kelompok yang menjadi sasaran kebencian. Umumnya, kelompok yang membenci nomor 1-5 adalah mereka yang tergolong Wahabi. Sayangnya saya tak mendapat info tentang detail latar idiologi responden yang disurvey oleh WI dan LSI. Bisa jadi, mayoritas dari antara mereka datang dari kelompok Wahabi.
Sangat memprihatinkan adalah banyaknya jumlah kelompok agama yang menjadi sasaran 'kebencian.' Â Dengan demikian, bisa disebut bahwa perbedaan keyakinan, iman, agama dan aliran keagamaan, ternyata menjadi alasan sehingga muncul ketidaksukaan dan kebencian terhadap yang lainnya.Â
Selanjutnya, Apa yang Seharusnya Diperbuat? Nantikan tulisan berikut.Â