Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haik Lambang Filosofi Orang Rote

23 Januari 2018   19:14 Diperbarui: 24 Januari 2018   07:37 2571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lontar, orang Rote menyebutnya sebagai 'Pohon Tuak;' pohon yang tumbuhnya alami tanpa pemeliharaan, pupuk, dan tumbuh sendiri di hamparan tanah kosong, bukit, tepian pantai, ladiang, bahkan di tanah tandus sekalipun. Pohon lontar tumbuh dengan tidak teratur dan berkelompok sehingga sulit diadakan perhitungan banyaknya di Rote. Karena hidup dan tumbuh 'yang gampang' tersebut, seringkali pohon lontar tak dihitung sebagai harta (dalam Mamar atau Ladang) milik atau pun mas kawin. Atau, Lontar pantang dijual karena merupakan salah satu 'penunjang utama hidup dan kehidupan Orang-orang Rote. 

Dengan kata lain, Pohon Tuak atau Lontar menjadi salah satu kontribusi utama makanan serta sejumlan peralatan harian masyarakat Rote. Bahkan, para Petutur Rote menyatakan 'Pohon Tuak' adalah satu simbol kebudayaan dan peradaban, karena di dalamnya atau dari pohon itu ada kelangsungan hidup dan kehidupan Orang-orang Rote.  

[Note: Sejak zaman dulu, Orang Rote menggunakan budaya bertutur; dalam artian bertutur sebagai media penyampai kisah, sejarah, silsilah, harta milik, dan juga filosofi hidup dan kehidupan. Misalnya, 'Cara Bertutur' dipercaya sebagai bukti sah dan valid terhadap kepemilikan, asal usul, dan lain sebagainya].

Ada filosofi hidup dan kehidupan Orang Rote yaitu mao tua do lefe bafi artinya kehidupan cukup bersumber dari mengiris atau menyadap tuak dan memelihara babi. Dan memang secara tradisional orang-orang Rote memulai perkampungan melalui pengelompokan keluarga dari pekerjaan mengiris tuak. Sehingga, umumnya komunitas atau kelompok kecil masyarakat Rote tinggal di sekitaran Pohon Lontar yang sudah ada sebelumnya.

Faktanya, dari pohon lontar, batangnya yang telah tua, dijadikan tiang atau pun dipakai untuk membangung rumah; buahnya, siwalan untuk dimakan; sadapan air lontar dibuat menjadi gula cair dan lempengan; daunnya untuk lintingan rokok, membuat topi Rote atau Ti'i Langga, Sasando, serta semacam ember dan gelas.

Ember atau wadah menampung benda cair dan gelas dari daun lontar itulah yang disebut haik, (baca, bukan 'haik,' i datar atau lembut; tapi ha ii kk, tekanan kuat pada ik). Pengucapan lafal atau dialek ini penting, sebab kata 'haik' pada Bahasa Rote, jika salah pengucapan maka berbeda makna atau arti. [Note: ha i, tekanan pada i, artinya api; ha i, tekanan pada ha dilanjut i lembut, artinya ambil, misalnya ha i ma fe au, artinya ambil buat saya, kata kerja atau perintah]. Nah, mungkin saja, kosa kata 'haik' juga mengandung makna 'ambil sesuatu untuk;' dalam artian haik sebagai wadah untuk mengambil dan menampung sesuatu.  

Haik, pada masa lalu hingga kini (masih banyak yang gunakan) sebagai perlengkapan harian orang Rote, sehingga dibuat sesuai dengan kegunaannya. Yaitu, haik untuk menampung air minum atau pun wadah menampung air (seperti ember) dan dipikul dari sumber air ke rumah; haik untuk menampung hasil sadapan air lontar; haik untuk menjual tuak; haik kecil untuk minum; juga haik khusus untuk membuat Sasando (instrumen musik khas dari Rote). Bentuk dan kegunaan haik tersebut, ternyata mengandung atau mencerminkan dan melambangkan filosofi keseharian hidup dan kehidupan Orang-orang Rote.

Dokumentasi Diaspora Rote
Dokumentasi Diaspora Rote
Penyimpanan Haik

Haik berbentuk nyaris seperti 'setengah slinder;' bagian bawah seperti telur, sehingga tak bisa diletakan dengan tegak. Sehingga haik yang berisi air atau bahan cair, selalu digantung; dan jika haik kosong maka disimpan terbalik atau mulutnya di bawah; menyimpan haik, harus bersih dari sisa-sisa tuak, gula, atau makanan yang sebelumnya di di tampung di dalamnya.

Ini melambangkan bahwa Orang Rote membiarkan hal-hal yang merusak, bahkan hal-hal kecil sekalipun, membekas pada hidupnya. Sebelum ia istirahat, misalnya tidur, ia pastikan bahwa tak apa pun yang bersifat merusak membekas dalam dirinya. Orang Rote, pantang dendam dan selalu memberi perlindungan kepada yang lemah, tak kuat, dan tertindas.

Dokumentasi Diaspora Rote
Dokumentasi Diaspora Rote
Haik untuk Penyadap atau 'Iris Tuak' dan Hasilnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun