Malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut, "Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?:
Tuhan menjawab pelan, "Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan?"
Ibu ini harus tahan air/cuci tapi bukan dari plastik
Ia harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat aus
ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan yang seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya
ia memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan anak-anaknya
ia memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukan hati anaknya
ia memiliki lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah,
dan enam pasang tangann!
Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "enam pasang tangan...?! tsk, tsk, tsk;
Tuhan menjawab, "Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan, melainkan, tangan yang melayani sana-sini dan mengatur segalanya menjadi lebih baik."
"Ibu ini seharusnya memiliki tiga pasang mata."
Malaikat semakin heran dan berkata, "Bagaimana modelnya?!"
Tuhan mengangguk-angguk; dan berkata,
"Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya, apa yang sedang kau lakukan di dalam situ, padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya."
"Sepasang mata yang diletakan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh, artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat.
Sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya.