Margonda Residence | Sugeng Morning Sadayana Ingkang Dalem.
Politik (Inggris, politic padanan politeia atau warga kota; Yunani, polis atau kota, negara, negara kota; dan Latin, civitas, artinya kota atau negara; Arab, siyasah) artinya seni atau ilmu mengendalikan manusia, perorangan dan kelompok.
Jadi, secara sederhana, politik berarti seni pemerintah memerintah; ilmu memerintah; cara pengusaha menguasai. Makna politik  semakin dikembangkan sesuai perkembangan peradaban dan meluasnya wawasan berpikir.
Dalam pengembangan makna, politik bisa berarti kegiatan (rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi) yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi, memerintah, dan menguasai orang lain atau pun kelompok, sehingga pada diri mereka (yang dikuasai) muncul atau terjadi ikatan, ketaatan dan loyalitas (walaupun, yang sering terjadi adalah ikatan semu; ketaatan semu; dan loyalitas semu).
Benci dan Kebencian.
Merupakan suatu sikon tidak suka yang sangat kuat terhadap sesuatu; misalnya seseorang yang benci terhadap yang lain. Kebencian yang kuat dan mendalam itu, menjadikan adanya tindakan-tindakan, perbuatan, kata-kata yang bersifat menyerang terhadap yang dibenci. Benci dan kebencian seringkali tak bisa lenyap, namun bukan berarti tidak bisa berubah menjadi sebaliknya.
Kebencian Politik.
Pada dunia politik, sering terdengar kata "Kebencian Politik." Ada banyak pendapat tentang kebencian politik, dan semuanya bisa dibenarkan.
Mudahnya, kebencian politik merupakan sifat, sikap, kata, tindakan yang menunjukkan ketidaksukaan, benci, serta kebencian politisi terhadap yang lainnya; atau politisi membenci politisi lainnya, lawan politik, bahkan, siapa pun yang dituding sebagai pesaing politis dan politik.
Kebencian politik, memang sulit diteorikan, namun terlihat dalam atau pada ucapan, perilaku, tindakan, hingga pengambilan keputusan melalui lembaga politik.
Kebencian politik, juga bisa melahirkan keputusan politik yang menjadikan seseorang atau komunitas tidak dapat mengekspresikan dan menyalurkan aspirasi politiknya, serta hak-hak politiknya dirampas dan diabaikan; termasuk di dalamnya pengekangan terhadap individu dan kelompok sehingga mereka tak mempunyai hak politik.
Politik Kebencian.
Politik Kebencian, menurut saya, sisi lain (seperti dua sisi mata uang) dari Kebencian Politik. Dua-duanya menyatu, ada, terlihat pada (dalam diri) politisi atau pun Partai Politik.
Dengan itu, karena adanya Kebencian Politik, maka harus ditindaklanjuti dengan Politik Kebencian. Praktek-praktek politik kebencian, (berdasar Kebencian Politik) terlihat melalui ungkapan pernyataan, orasi, narasi yang bersifat ujar kebencian terhadap lawan politik; apa pun yang lawan politik lakukan (ranah privat, keluarga, politik, politis), selalu atau pasti ditanggapi dengan nada dan irama penuh kebencian, tanpa etika, tak bermartabat, bahkan vulgar. Tujuannya adalah, sesuai makna politik, publik dipengaruhi, diajak, untuk membenci lawan politik; walaupun tak ada alasan untuk 'harus membenci.'
Sungguh teramat sangat memalukan.
So ..
Berdasar semuanya itu (di atas), jika ada sejumlah Politisi (misalnya Fadli Zon, Amin Rais, Fahri H) dan Parpol (misalnya PKS, PAN, PKS) selalu mengeluarkan pernyataan rasis dan penuh ujar kebencian, maka itu ada benarnya. Yang mereka perlihatkan atau tunjukkan adalah Kebencian Politik dan Politik Kebencian.
Pada ranah itu (Kebencian Politik dan Politik Kebencian) para Politisi dan Parpol tersebut, bukan sebagai 'Pemerintah dan Kabinet Bayangan dari Kelompok Oposisi,' melainkan hanya berupaya meruntuhkan krebilitas pemerintah; mereka bukan oposisi yang kritisi dan berikan solusi, namun hanya asal bunyi tanpa jalan keluar.
Agaknya, bangsa ini, terutama Politisi dan Parpol, masih harus terus menerus belajar; belajar, belajar, dan belajar; terutama belajar berpolitik yang bermartabat dan tanpa Kebencian Politik serta Politik Kebencian.
Opa Jappy | Indonesia Today
Pegiat Sosial Politik dan Hubungan Agama dan Negara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI