Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Organ Babi Bebas Virus untuk Manusia

3 November 2017   17:03 Diperbarui: 3 November 2017   18:00 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Great.

Mari, anda dan saya ikuti perkembangannya. Namun, pada banyak orang, mungkin juga anda, jika benar-benar terjadi transplantasi dari organ babi atau pun xenotranplantasi, maka akan memunculkan permasalahan  etis dan religius(itas).

Permasalahan etis muncul karena adanya sikap dan nilai (value) diri bahwa manusia (dalam keseluruhannya) lebih tinggi  'derajatnya' dari flora serta fauna. Oleh sebab itu sangat tak etis jika organ fauna 'dicangkokkan' pada diri manusia. Permasalahan religius(itas) pun muncul karena ada ajaran iman (Yahudi, Islam, dan Kristen Adven) yang menyatakan babi sebagai binatang haram. Karena itu, sangat tak layak ada organ binatang haram ada pada manusia.

Walau seperti itu, ada atau tidak Porcine Endogenous Retrovirus atau PERV, produk-produk dari tubuh babi sudah lama ada dan menyebar di masyarakat. Misalnya, sarung tangan, masker wajah, pepermint, marshmallow, permen, pencerah bir dan wine, surgical sponge, paintballs, inkjet paper, x-ray film, cover buku, wallpaper, amplas, sepatu kulit, battery cadmium, peluru, korek api, dan rem kereta, dan lain sebagainya.

Opa Jappy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun