Atau, ada banyak orang yang sudah mengalami proses pembentukan dan menjadi mulia, terhormat, indah, bermanfaat, tetapi kembali menjadi atau bagaikan batu-batu kotor penuh sampah.
Mereka, 'manusia yang kembali menjadi batu-batu kotor' itu, bagaikan ada dalam telapak tangan Sang Lain.
Sang Lain itu pun melempar batu-batu tersebut ke siapa serta apa pun yang ia tak sukai  dan benci.
Ya, ia gunakan batu (dan batu-batu) untuk merusak, menghancurkan, dan membinasakan; ia melempar batu, kemudian sembunyikan tangannya.
Batu-batu itu, tak menyadari hanyalah sebagai alat penghancur; mereka berteriak, meluncur, berlari, haus, lapar bergerak, kepanasan, bahkan merusak dan korbankan diri, sementara tangan Sang Lain tetap bersih.
Di tempat lain, ia, Sang Lain itu, senyum sinis sambil berbisik ke tembok, "Lihatlah! Dasar manusia-manusia bodoh; mau ikuti perintahku. Mereka merusak, menghancurkan, mencaci, dan berkorban. Jika berhasil, aku lah yang menjadi pahlawan."
Ah .....
Negeriku, kapan menjadi damai?
Opa Jappy
Gerakan Damai Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H