Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi - JK Baik-baik Saja

15 Mei 2017   16:29 Diperbarui: 16 Mei 2017   06:28 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Jakarta News"][/caption]

Jokowi - JK menuju perceraian alias "pecah kongsi;" kira-kira seperti itulah kesimpulan nakal dari sejumlah narasi dan orasi di area publik.

Entah berawal dari mana dan siapa sumbernya, publik disodorkan sejumlah narasi, entah benar atau tidak, bahwa JK akan atau bersiap menanduk Jokowi; dan itu ia lakukan melalaui "tangan atau jaringan tak terlihat."

Pola yang mereka, "dari mana dan siapa sumbernya," lakukan nyaris 100% sama dengan paruh akhir era SBY - JK.

Jika memperhatikan dan membandingkan sejumlah media pemberitaan dan penyiaran, plus sedikit "analisis nakal" saya, ada hal-hal menarik, antara lain.

Ada Usaha Sistematis Mendegradasi Kinerja Jokowi-JK.

Beberapa hari terakhir muncul hal-hal lucu, seperti, Ketua keliling Indonesia, Wakinya ngurus anaknya; ekonomi dikuasai oleh konglomerat konconya Presiden; perusahan-perusahan anak-anak JK, menguasai bidang ini dan itu; dan seterusnya. Termasuk didalamnya "tarik-menarik penempatan pejabat BUMN. Sadisnya lagi, ada yang menempatkan Presiden selalu ada di hati rakyat, sementara JK entah di mana. Bahkan ada yang nyebut Eyang JK, istirahatlah, and tak lagi campuri urusan RI; dan JK berniat lengserkan RI 1 dengan gunakan aksi mahasiswa. Wou, dasyatnya tukang adu domba atau upaya mengadu domba antara RI 1 dan RI 2, persis saat SBY dan JK.

Mereka gagal, karena salah perhitungan and salah kira tentang silentnya Presiden Jokowi.

Gagal karena Jokowi tidak tipis kuping dan JK sudah punya pengalaman sebelumnya, sehingga jadi lebih kalem dan banyak diam "mengalah". Oleh sebab itu, jika ke depan JK irit bicara dan kelihatan tak tahu apa-apa, maka itu adalah strategi "diam itu emas."

Aktor Intelektual Berdana Tak Terbatas

Mungkin, anda dan saya masih inhat bahwa, "Ketika era SBY-JK ada pemain adu domba dari lingkaran yang melibatkan CM dan MHJ (jangan asal terka, karena itu initial dari bukan nama sebenarnya). Sekarang, sepertinya, mereka ataupun jaringnya ada di istana.

Orang-orang tersebut, selalu mondar-mandir atau pun berkeliaran sekitar Medan Merdeka, Juanda, Senayan, sekan orang super sibuk serta tahu banyak hal. Padahal, mereka melakukan rekayasa, pembelokan, penambahan, pengurangan informasi dengan tujuan mengecoh publik.

Oleh sebab itu, jika ada info,  meskipun dari internal istana tapi tidak mau disebutkan sebagai nara sumber, maka jangan dijadikan berita; termasuk sebar ke/melalui medsos. Selain itu, jika mendapat info, walau ditandai A 1, maka harus lakukan cros cek dengan pejabat yg berwenang, untuk mengetahui kebenaran dan kejelasannya.

Menciptakan Kesan JK sebagai Oposisi Publik

Beberapa hari terakhir, di  berbagai grup media sosial, beredar potongan pidato JK, di bawah ini.

"Kita mempunyai pengalaman-pengalaman juga, tetapi alhamdulillah, semua kita dapat atasi dengan baik. Kita semua bersaudara untuk mengatasi hal tersebut. Memang kesenjangan di Indonesia, kita mempunyai kesenjangan yang cukup berbahaya dibanding dengan negara lain. Di Thailand juga mereka ada kesenjangan. Diukur daripada jumlah kesenjangan, dia nomor 6 di dunia menurut laporannyaa. Tapi di Thailand yang kaya memang juga orang Tionghoa tapi sama agamanya, yang miskin orang Budha. Di Filipina juga, yang kaya-miskin sama sukunya, sama agamanya.

Kalau kita agak berbeda, sebagian besar yang kaya itu keturunan dan tentu agamanya ada yang Konghucu, ada yang Budha, ada yang Kristen. Sebagian besar yang miskin itu Islam ada juga yang Kristen. Jadi terjadi perbedaan yang berbahaya. Karena itulah maka kita harus berfikir jernih untuk mengatasi semua ini. Karena itu marilah kita bersama-sama bekerja, untuk keadilan dan Indonesia yang berkemajuan."

Kutipan di atas, entah dari mana, merupakan pemutar balikkan dari isi pidato yang sebenarnya. Si Editor, lakukan penambahan kata dan kalimat,  yang tak ada di pidato asli.

Pidato lengkapnya ada di http://jakartanews.co/pidato-lengkap-wapres-di-tanwir-muhammadiyah-ambon-26-februari-2017/

Plintiran pidato JK, menyebar bagaikan kapas tertiup angin, kesegala penjuru; sulit untuk diklarifikasi.

Karuan saja kutipan tersebut, membuat publik menilai bahwa JK bukan lagi "ada dipihak kami."

Parahnya, tak ada klarifilasi dari pihak Istana Wakil Presiden. Akibatnya, tudingan dan tuduhan bahwa ada Brutus di Istana, semakin menjadi-jadi.

Nah ...

So, sebetulnya yang terjadi adalah hubungan Jokowi-JK sangat solid dan kompak. Sejak awal pilkada DKI keduanya sudah kompak hingga 411 212 sampai sekarang solid berbagi peran.

Dengan demikian, sebagai anak-anak bangsa yang lahir dari rahim Bunda Pertiwi Nusantara, perlu kewaspadaan dan kepaan tinggi terhadap perubahan serta perkembangan suhu politik yang terus meningkat.

Para gerilyawan politik akan terus menerus menebarkan pengaruh, terutama tentang hal-hal buruk, kemudian menawarkan idiolgi alternatif sebagai pengganti 5 pilar fundamental berbangsa serta bernegara.

Mereka, para gerilyawan politik tersebut, dan lingkaran pengaruhnya, akan muncul dan membuat kejutan serta memanaskan sikon bangsa. Tujuannya adalah "ketidakpercayaan" pada pemerintah, dan berujung pada chaos sosial.

Waspadalah

Opa Jappy | Dari Sekitaran Universitas Indonesia, Depok - Jabar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun