[caption caption="Sumber: Jakarta News"][/caption]
Jokowi - JK menuju perceraian alias "pecah kongsi;" kira-kira seperti itulah kesimpulan nakal dari sejumlah narasi dan orasi di area publik.
Entah berawal dari mana dan siapa sumbernya, publik disodorkan sejumlah narasi, entah benar atau tidak, bahwa JK akan atau bersiap menanduk Jokowi; dan itu ia lakukan melalaui "tangan atau jaringan tak terlihat."
Pola yang mereka, "dari mana dan siapa sumbernya," lakukan nyaris 100% sama dengan paruh akhir era SBY - JK.
Jika memperhatikan dan membandingkan sejumlah media pemberitaan dan penyiaran, plus sedikit "analisis nakal" saya, ada hal-hal menarik, antara lain.
Ada Usaha Sistematis Mendegradasi Kinerja Jokowi-JK.
Beberapa hari terakhir muncul hal-hal lucu, seperti, Ketua keliling Indonesia, Wakinya ngurus anaknya; ekonomi dikuasai oleh konglomerat konconya Presiden; perusahan-perusahan anak-anak JK, menguasai bidang ini dan itu; dan seterusnya. Termasuk didalamnya "tarik-menarik penempatan pejabat BUMN. Sadisnya lagi, ada yang menempatkan Presiden selalu ada di hati rakyat, sementara JK entah di mana. Bahkan ada yang nyebut Eyang JK, istirahatlah, and tak lagi campuri urusan RI; dan JK berniat lengserkan RI 1 dengan gunakan aksi mahasiswa. Wou, dasyatnya tukang adu domba atau upaya mengadu domba antara RI 1 dan RI 2, persis saat SBY dan JK.
Mereka gagal, karena salah perhitungan and salah kira tentang silentnya Presiden Jokowi.
Gagal karena Jokowi tidak tipis kuping dan JK sudah punya pengalaman sebelumnya, sehingga jadi lebih kalem dan banyak diam "mengalah". Oleh sebab itu, jika ke depan JK irit bicara dan kelihatan tak tahu apa-apa, maka itu adalah strategi "diam itu emas."
Aktor Intelektual Berdana Tak Terbatas
Mungkin, anda dan saya masih inhat bahwa, "Ketika era SBY-JK ada pemain adu domba dari lingkaran yang melibatkan CM dan MHJ (jangan asal terka, karena itu initial dari bukan nama sebenarnya). Sekarang, sepertinya, mereka ataupun jaringnya ada di istana.