[caption caption="Sumber: Indonesia Hari Ini"][Sumber: Indonesia Hari Ini]
Â
Seandainya; ya seandainya Ahok harus mati sebagai martir demi NKRI, maka
"Ia telah mengakhiri pertandingan yang baik;
ia telah mencapai garis akhir dan
ia telah memelihara iman.Â
Sekarang telah tersedia baginya mahkota kebenaran yang dikaruniakan Tuhan padanya."
Kutipan di atas merupakan refleksi iman setiap pengikut Kristus. Refleksi yang dibangun berdasar pemahaman dan kedewasaan iman.
Dan dengan kedewasaan tersebut, Ahok tunjukkan dengan keseimbangan tanggungjawab serta ketaatan pada Konstitusi Negara, sehingga is pernah berkata, "Mati adalah keuntungan;" bahkan rela mati demi Konstitusi, karena mati adalah keuntungan.
So, jika memang Ahok harus mati, karena ditargetkan untuk mati, maka itu adalah akibat dari suatu konspirasi jahat.
Ya, seandainya Ahok jadi martir maka
Kami tak mau menguburnya pada ketinggian, karena kami akan lelah mendaki untuk menemui dia.
Kami tak mau menguburnya pada lereng bukit, karena kami tak menemukan dis, ketika jazadnya terbawa longsor.
Kami tak mau menguburnya pada tanah datar, karena kami akan habiskan banyak waktu di samping dia.
Kami tak mau menguburnya pada tepian pantai, karena gelombang laut akan menghapus kenangan manis kami dan dia.
Kami tak mau menguburnya pada pinggir sungai, karena kami tak khan mendengar bisikanyan dalam kesepian yang terganggu gemercik air.
Kami tak mau menguburnya pada area padang pasir, karena ketika kami bergegas menemui dia, kami akan kepanasan dan haus.
Kami tak mau menguburnya pada pinggir jalan, karena kami hanya mampir sesaat di samping dia, ketika melangkah ke arah lain.
Kami tak mau menguburnya pada Kompleks Pekuburan, karena ketika kami ada didekat dia, maka akan bertemu sosok-sosok tak bernyawa.
Kami tak mau menguburnya pada lembah kelam dan gelap, karena disaat senja, kami sulit menemukan dia.
Kami tak mau mengubur dia di antara hiruk pikuk metropolitan, karena semarak rumahnya kalah dari gemerlapan cahaya metropolis.
Kami akan menguburnya dalam hati dan tanpa nisan; sehingga ia tetap ada di sana untuk selamanya.
Selamanya dan selamanya
Opa Jappy
---
Maaf, saya tak menerima Komentar Sampah
Ciri-ciri Komentar Sampah:Â
- vulgar, porno, seksualitas dan pelecehan seksual ancaman, benci, kebencian, permusuhan
- caci maki seseorang maupun kelompok sentimen sara, rasis, rasialis, diskriminasi, dan sejenisnyaÂ
- menyerang individuÂ
- melenceng dan menyimpang jauh dari topik yang dibahas komentar spam, isi komentar yang sama dan berulang-ulang pada/di satu tulisan - artikel - lapak
Jika ada komentar seperti itu di tulisan saya, maka tidak ada ampun dan langsung dihapus
Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/opajappy/komentar-sampah-saya-hapus_5905c9ccff22bd135b0b7fd4
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI