Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Jalan Gerson Poyk

25 Februari 2017   10:13 Diperbarui: 9 April 2017   20:00 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

👌✌✌✌✌
Gerson Poyk lahir 16 Juni 1931 sebagai sulung dalam keluarga Yohannes Laurens Poyk dan Yuliana Manu di Pulau Rote, nusak terselatan di Nusantara.

Terlahir dalam/di keluarga sederhana, tidak kaya, dan juga tidak kekurangan. Sebagaimana keluarga masa lalu, pasangan Yohannes dan Yuliana juga mempunyai banyak anak. GP sebagai anak tertua, setelah sekolah di SR, pada masa Belanda masih menjajah Nusantara, mau tak mau berupaya untuk membantu keluarga besar, dan sekligus berjuang dengan caranya sendiri.

Setelah tamat dari Sekolah Guru Atas, Surabaya, 1956; bertugas sebagai guru SMP dan SGA di Ternate (1956-1958) dan Bima, Sumbawa (1958). Kemudian menjadi Wartawan Sinar Harapan (1962-1970). Gerson Poyk kemudian mejadi penulis lepas untuk berbagai Majalah, Koran di Nusantara, serta menulis cerpen dan novel.

Karya-karyanya antara lain, Mutiara di Tengah Sawah, Oleng-Kemoleng; Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982); Matias Akankari (1975), Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requim untuk seorang perempuan (1981), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (1988), Poli Woli (1988). Penerima International Writing Program di University of Iowa, Adinegoro (1985 dan 1986), Sastra ASEAN (1989), dan berbagai penghargaan lainnya.

Namun, untuk mencapai dan mendapat hal-hal di atas, GP harus mengalami jalan derita nan panjang, jerih dan juang, serta cerita dan tragedi yang mengundang tawa, serta air mata.

Cerita hidup dan kehidupan GP, yang banyak orang belum pernah tahu, kini ia goreskan dalam bentuk "Novel Biografi;" Novel sekaligus kisah diri yang nyata dengan judul Nostalgia Flobomora.

Nostalgia Flobomora juga merupakan rekaman masa kecil GP di Rote dan Kupang; dan bertugas sebagai guru di Bajawa, Alor, Ende, Larantuka, NTT; serta kisah-kisah remaja/anak yang bertumbuh di antara sepak terjang Kolonial Belanda dan dentuman senjata pada masa Jepang.

Selain itu, dalam Nostalgia Flobomora, juga berisi rekaman mata Sang Maestro tentang exoticnya alam pedesaan Nusa Tenggara Timur, pada masa lalu, dan masih terjaga hingga kini; alam liar namun ramah untuk semua orang, dan belum tersentuh oleh tapak-tapak kaki wisatawan asing.

Dalam Nostalgia Flobomora, GP menyusun kata, kalimat, dan alinea yang memadukan nilai-nilai serta kisa historis, keindahan alam, budaya, adat, bahkan kemiskinan serta liarnya alam dengan kata-kata yang bemakna sehingga mudah dicerna oleh siapa pun.

Dengan demikian, Nostalgia Flobamora menjadi satu buku dengan aneka makna; yang bisa menjadi sumber ilmu yang berharga bagi generasi kekinian di NTT.

 

Selamat Jalan Sang Maestro

 

 

Opa Jappy | Sekitaran Universitas Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun