4 11
Jakarta. 4 November 2016, dipenuhi sejumlah orang dari berbagai daerah berpakaian dominan warna putih; mereka melakukan Salat Jumat di Masjid Istiqlal. Selanjut melakukan “gerak jalan Jumat” menuju Istana. Mereka menyuarakan aspirasi terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Setelah perwakilan pendemo ditemui Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menkopulhukam Wiranto, massa diharapkan bubar.
Ternyata tidak. Sejumlah massa yang tidak bubar, justru melampiaskan maarah dan amarah, dan diikuti dengan rusuh. Massa bentrok dengan aparat, menyerang polisi, membakar mobil, dan membuat suasana di pusat kota Jakarta mencekam. Bahkan ada yang berteriak 'perang' dan 'revolusi'."
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri, “Polri menyayangkan kerusuhan yang pecah sekitar pukul 19.30 WIB tersebut. Kerusuhan tersebut membuktikan bukti bahwa ada pihak yang berniat untuk menyerang petugas. Niatnya bukan unjuk rasa, tapi serang petugas. Ini eskalasi tidak semakin bagus saat barikade kita dirusak, mereka ingin menerobos dan masuk Istana. Sekali lagi, ini tidak dibenarkan. Sudah ada aturannya. Ini bagian dari pendidikan. Polisi masih menyelidiki 10 provokator kerusuhan 4 November sesuai aturan KUHP 1x24 jam. Akibat kerusuhan tersebut ada 3 kendaraan TNI-Polri yang dibakar. Sementara petugas TNI-Polri yang terluka ada 8 orang. Petugas bagian wajahnya hampir hancur diselamatkan rekannya. “
==
Agaknya, sejumlah orang atau tokoh yang ada di balik Aksi 4 11, begitu percaya diri, sehingga merangcang ulang dengan kegiatan lebih besar. Bahkan sejumlah “nama besar” ikut bergabung dan merangcangnya. Mereka menggunakan medsos sebagai office virtualuntuk koordinasi. Misalnya gunakan WA Grup; katakanlah Samtidar Tomagola +6281210708890 Admin Dapur Umum 212 MSJ; WA Grup juga difungsikan sebagai “upaya cari dana.” Entah siapa yang memasukan saya ke Grup ini; namun sejam kemudian, dikeluarkan.
Gerakan untuk melakukan Aksi 212, mungkin saja pola seperti 4 11, namun lebih besar serta harus mencapai target “rusuh nasional dan besar.” Sayangnya, rencana untuk “rusuh nasional” tersebut tercium oleh aparat. Tentu saja, dilaporkan ke Presiden Jokowi.
Presiden kemudian melakukan langkah-langkah peredaman. Diplomasi duduk and makan bersama pun dilakukan. Sejumlah tokoh diundang ke Istana. Di samping itu, Presiden terus mernerus mendapat update hasil kerja aparat terkait. Ternyata ada sejumlah oknum yang ingin panggung demo massa 212 untuk menggulingkan permerintah. Jelang aksi 212, sejumlah “singa podium” ditangkap; mereka adalah
- Kivlan Zein (mantan tentara), dikenai pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP, ditangkap dirumahnya di Komplek Gading Griya Lestari Blok H1 -15 Jalan Pegangsaan Dua.
- Sri Bintang Pamungkas (aktivis/pendiri Partai PUDI), ditangkap dikediamannya di kawasan Cibubur, kabarnya dibawa ke Mako Brimob dan ditangani divisi Krimsus.
- Rachmawati Soekarnoputri (aktivis/pendiri Partai Pelopor) ditangkap di kediamannya, pukul 05:00 WIB.
- Ratna sarumpaet (aktivis/seniman) ditangkap dikediamannya, pukul 05:00 WIB.
- 5. Ahmad Dhani Prasetyo (musisi/cawabup Bekasi), ditangkap di Hotel Sari Pan Pasific, dikenai pasal 207 KUHP.
- Eko (aktivis) pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP di kediamannya di Perum Bekasi Selatan.
- Adityawarman (Pensiunan TNI) ditangkap dirumahnya, dikenai pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP.
- Firza Huzein (aktivis),dikenai pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 ditangkap di Hotel San Pan Pasific, pukul 04:30 WIB.
- Jamran (aktivis) diamankan di Hotel Bintang Baru Kamar 128 dipimpin oleh AKBP Iman Setiawan Kasubdit Indag, dikenai pasal UU ITE.
- Rizal Kobar (aktivis), ditangkap di samping minimarket SEVEL Stasiun Gambir Jakpus, pukul 03:30 WIB, juga dikenai pasal UU ITE.
2 1 2
Gerakan massa menuju Monas tak bisa dibendung, karena sudah bergerak sejak tengah malam. Saya sendiri, pada 4 11, memantau dari Jurangmangu - Tangsel, melihat dengan jelas gerakan massa; tadi, 212, ada di antara massa dari arah Bogor. Jika pada 4 11, terlihat wajah-wajah marah dan kaku; maka 212, rombongan massa pun sama. Bahkan, menurut saya, mereka tak tahu bahwa ada sejumlah orang ditangkap, karena terdengar ada ABG yang berkata, “Gue pengen lihat Ahmad Dhani;" "Gue cuma mau tahu Pamungkas itu kayak apa" dan lain lain.
Agaknya, dampak penangkapan 10 orang tersebut, juga membuat demo 212, benar-benar adem dan super damai sesuai yang dijanjikan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) di Aksi Bela Islam III.
Sejak pagi, sebagian massa mengawali hari dengan singgah ke Masjid Istiqlal. Mereka berwudu, salat sunnah, hingga mengumpulkan energi. Dari Istiqlal, massa berjalan kaki ke Monas dan mulai menggelar sajadah. Semangat mereka terus menggelora sejak pagi untuk menyerukan tuntutan terkait dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Rintik gerimis mengiringi aksi massa yang datang dari berbagai penjuru dengan jalan kaki, konvoi motor, hingga bersepeda. Relawan membagikan nasi kotak hingga kurma kepada peserta aksi. Dengan tertib, mereka mengisi area lapangan Monas dengan mengosongkan area rumput. Gerimis datang dan pergi, awan mendung menggantung di langit. Di tengah sejuknya cuaca, jumlah massa yang masuk ke dalam Monas terus bertambah. Aksi super damai itu pun dilanjutkan dengan mengaji, zikir, dan tausyiah bersama. Ustaz Isrofiel membacakan Al Maidah 45-56, Ustaz Arifin Ilham memimpin zikir, dan peserta massa terus khusyuk berdoa. Massa yang hadir melebihi kapasitas area lapangan Monas.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian di hadapan lautan massa, menyatakan bahwa, “Proses hukum Ahok yang kini sudah berstatus tersangka dan berkasnya sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Agung. Kita fasilitasi kegiatan di Monas ini sehingga semua terakomodir dengan baik, kita merasakan bertapa indahnya Islam. Kita merasakan bahagianya suasana hari ini."
==
2012 berakhir diiringi oleh hujan sore hari di Jakarta, walau masih tersisa sekelompok orang yang berseru-seru tak jelas di sekitaran Gedung DPR RI Senayan. Jelas bahwa dampak dari penangkapan 10 oknum terduga makar, sangat terasa pada aksi 212. Paling tidak, tanpa orasi yang mencaci Preside Jokowi, juga tiada suara untuk merebut kekuasaan, dan seterusnya. Mereka yang biasanya seperti singa mengaum di atas podium, tak muncul. Yang ada adalah bendera-bendera dari "negeri bukan Indonesia," yang diarak peserta demo, [kita tahu lah, pasti dari Parpol yang itu tuh]. Media Pemberitaan dan News Online pun, nyaris tak ada berita yang menegangkan dan membuat publik takut serta ketakutan.
Semuanya itu terjadi karena 212 tanpa marah dan amarah.
Opa Jappy | Lenteng Agung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H