Selain Lily dan Viktus, personl ELMI lainnya yaitu Ahmad Suhawi, menyatakan bahwa, “Dalam menghadapi Pilkada Jakarta semua kandidat diharapkan tetap bisa menjaga pola berdemokrasi secara beretika dengan tidak membuat statemen provokatif yang bisa memecah belah masyarakat. Sekarang berkembang seolah-olah yang Tionghoa dan Kristen semuanya mendukung Ahok, sehingga jika yang Tionghoa dan Kristen yang tidak mendukung Pak Ahok itu dianggap musuh. Di sisi lain seolah-olah Pak Adhyaksa itu anti Kristen dan karena itu, maka umat Muslim yang tidak mendukung beliau adalah musuh. Padahal kondisi di bawah tidak seperti itu, karena itu, kepada para kandidat dan tim suksesnya agar wajib menjaga kemajemukan dan kerukunan beragama yang sudah terjalin erat di Jakarta. Jangan merusaknya. Tetapi mari jadikan pilkada DKI Jakarta ini sebagai ajang peningkatan kualitas demokrasi dan pendewasaan keberagaman.”
Cukup. Itu saja, dan tak ada lainnya; ternyata kegiatan EMLI yang paling terlihat adalah mengusung Adhyaksa Dault agar (nanti) menjadi Gubernur Jakarta. Oleh sebab itu, mereka pun terus menerus berupaya agar Adhyaksa Dault (dan juga kandidat wakilnya) diusung oleh Parpol.
Walau hingga kini belum ada satupun Parpol melirik atau memberi sinyal kepada Adhyaksa, namun ELMI sudahmelakukan “kejar kandidat Wagub untuk Adhyaksa Dault.” Nama-nama yang masuk dalam perhatian ELMI antara lain, Benny J Mamoto, Mechias Markus Mekeng, Jerry Sambuaga, Gorys Mere, Sri Adiningsih, Alex Retraubun, Natalis Pigai, Johnson Panjaitan, Garin Nugroho, Bakti Nendra Prawiro, Alida Guyer, dan Eka Sari Lorena Surbakti.
Sebagian besar dari mereka adalah “nama-nama besar” yang dikenal publik, dengan berbagai kelebihan pada bidang masing-masing.
Menurut Viktus Murin, Adhyaksa Dault memerlukan pendamping yang sepadan dalam hal pemahaman dan praksis spirit Nasionalis - Religius, sekaligus menjadi simbol kohensivitas atas kemajemukan masyarakat Jakarta. Oleh sebab itu, ia mengusulkan Tokoh Kristiani untuk memperkuat visi pembangunan Jakarta yang Teguh Beriman. Suatu usulan, menurut Murin, berdasar hasil dari riset terbatas berbasis informasi dan data media massa.
Great, kerja bagus. Paling tidak, ELMI telah menunjukkan bahwa mereka bukan untuk dialog antar iman dan sejenisnya, namun “ormas politik;” entah sudah atau belum berbadan hukum, kutak tahu menahu.
Dengan demikian, Adhyaksa Dault telah mendapat sedikit hiburan; belum ada parpol yang mendukung dirinya, tapi sekelompok orang telah mensuport agar maju sebagai (calon) Gubernur DKI Jakarta.
Tapi, ini Cuma tetapi, jika melihat sepakterjang Adhyaksa Dault, terutama ucapan-ucapannya mengenai Ahok, membuat diriku malah ragu bahwa ia seseorang yang terbuka dan memahami betul makna “lintas iman.” Pada banyak kesempatan, sebagaimana terekam media, justru Adhyaksa Dault “meminta” Ahok agar pindah agama. Waduh.
Di sini, telah menunjukan bahwa Adhyaksa telah menunjukkan “pra-kampanye” yang buruk; ia mau menjadi Gubernur DKI yang multi latar belakang dan strata, namun mengeluarkan pernyataan yang tak edukatif, padahal pengusungnya adalah mereka yang lintas iman.
So, agaknya Adhyaksa Dault perlu berbenah, agar ada Parpol yang mau mengusung dirinya. Jika tidak, maka Adhyaksa hanya sampai pada “Mantan Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta.”