Kesadaran bersama dan sama-sama menyadari bahaya teror serta terorisme itulah yang perlu dibangun pada diri setiap orang Indonesia; orang Indonesia yang beragama serta cinta damai dan perdamaian.
Â
Momen Titik Balik
Tidak bisa dibantah bahwa tak sedikit orang Indonesia yang memilih diam, tak bersuara, tidak mau berkomentar jika ada aksi-aksi intoleran, kekerasan atas nama agama, ataupun tindakan teror dan terorisme. Bagi mereka, "Lebih baik diam, daripada melawan mereka; toh bukan saya ataupun kelompokku yang menjadi korban." Â "Diam" seperti itulah secara langsung ataupun tidak, menjadi "suport" pada diri kaum teroris; mereka jadi "yakinkan diri" bahwa memeliki sejumlah besar pendukung.
Peristiwa Thamrin kemarin, agaknya telah menjadi titik balik; titik balik yang menunjukkan bahwa Orang-orang Indonesia sudah tidak lagi menjadi "Mayoritas Diam;" mereka sudah bersuara, serempak berseru nyaring dengan cara dan model masing-masing. Saya, justru sangat senang dengan "tidak diamnya" warga Indonesia termasuk Jakarta, karena sejak 2010, ketika ada teriakan-teriakan di Media tentang aksi teroris, cuma sedikit orang yang nyaring bersuara, sebagian besar memilih "tak peduli" dan bereaksi sesaat.
Kini, sementara dan setelah Teror di Thamrin, terjadi hal yang luar biasa, warga Jakarta seakan menonton atau ada di tengah-tengah hiburan ekstrim, mereka berani, melihat, berteriak, foto, merekam aksi teroro secara detail dan mengunggah ke Media Sosial. Selanjuytnya, dengan cara sendiri-sendiri dan unik melakukan "perlawanan" dan ejekan dengan penuh sinisme kepada para teroris.Â
Sungguh, suatu titik balik; suatu bentuk perlawanan terhadap teror dan terorisme, yang muncul mendadak dan tak terencana, namun hasilnya sungguh membuat siapa pun ikut melawan kejahatan para penjahat kemanusiaan tersebut.
---
Mari kita lawan teror dan terorisme.
Â
OPA JAPPY | FOTO KOMPAS.COM, JAPPY.8M.COM