PATHOS, kemampuan membuka jalan untuk orang lain; mampu menyentuh perasaan dan emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan.
LOGOS, kemampuan mengukapkan kata-kata yang dapat atau mampu meyakinkan orang lain, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru ataupun berkembang secara intelektual dan kecerdasannya
Jadi, ilmu, seni, olahraga harus dipadukan atau tercermin dengan [melalui] etos, pathos, dan logos, itulah kecerdasan asali manusia. Dengan demikian, mudah dipahami bahwa manusia [dan budayanya] pada masa lalu berhasil membangun peradaban yang tinggi di masanya. Peninggalan-peninggalan mereka, misalnya suku Inca di Amerika, Istana-istana megah di Mesir dan Italia, Yunani, bahkan prasasti-prasasti dan Candi-candi di Thailand dan Indonesia, semuanya menunjukkan adanya local genius, yang menguasai ilmu, seni, olahraga, dan memperlihatkan bahwa mereka mempunyai ethos, pathos, dan logos.
Sikon kekinian, di INDONESIA, adakah pemimpin dan pemuka bangsa yang masih menyadari bahwa mereka patut mengungkapkan ETHOS, PATHOS, dan LOGOS!?
Bangsa ini membutuhkan elite bangsa, pemimpin, anggota parlemen, tokoh agama, bahkan ayah-ibu-orang tua yang berethos. Negeri ini, membutuhkan mereka mempunyai karakter moral yang baik dan diterima oleh siapapun. Dan dengan itu, ia mampu melakukan pendekatan - memimpin - menata semua yang ada di sekitarnya dengan cara-cara atau perilaku hidupnya yang bermartabat.
Pathos, juga harus ada pada semua anak bangsa ini. Pathos yang merupakan kemampuan membuka jalan untuk orang lain, sekaligusmenujukan diri sebagai orang yang tidak egois dan egoistik. Seseorang yang berpathos, maka ia biasanya membuka jalan,  membuka kesempatan, membuka peluang agar orang lain maju. Pathos juga menghasil mampu menyentuh perasaan dan emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan.
Orang yang berlogos, adalah manusia berilmu - mempunyai hikmat; seseorang yang cinta (philia) dan selalu berkata-kata penuh (berhubungan dan menghasilkan) hikmat, adalah seorang philosophia/is - filosof. Â Orang biasa pun mampu berlogos, karena manusia bisa dipahami - dimengenti karena logoi - logou (kata-kata) nya.
Pemimpin, elite bangsa, anggota parlemen, dan seterusnya, jangan cuma punya kemampuan untuk memimpin (karena ada kuasa dan kekuasaan), tetapi harus belajar untuk mampu (serta berkemampuan) mengungkapkan kata-kata yang dapat meyakinkan orang lain, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru atau pun berkembang secara intelektual dan kecerdasannya. Pemimpin yang hanya andalkan Uang-Kuasa-Kekuasaan, maka ia sepatutnya tak layak untuk memimpin; ia hanya akan menghasilkan manusia-manusia opurtinis, abs, serta dikelilingi oleh para penjilat.
Dan dengan penuh kepastian, akhir dari mereka akan berakhir di/dalampenjara hukum atau pun penjara sosial. Mereka akan cepat terlupakan, dan hilang dari kenangan.
OLEH OPA JAPPY | KOMPASIANA
Â