Menurut catatatan National Geographic, tak cukup menyalahkan cuaca ekstrem sebagai penyebab banjir yang melanda Jakarta; penyebab banjir di Jakarta merupakan gabungan dari faktor cuaca ekstrem dan lebih-lebih, faktor kompleksitas Jakarta. Padahal curah hujannya pun, curah hujan pada Januari 2013 lebih rendah saat banjir Jakarta tahun 2007. Artinya, situasi ini terjadi melibatkan masalah penataan air dan penataan ruang. Tata ruang Jakarta butuh pengendalian yang berorientasi antara lain pada kepadatan populasi dan pemisahan area.
Berdasar itu saja, ada simpulan kecil bahwa untuk mengatasi banjir di Jakarta, selama ini, nyaris tak menyentuh hal-hal esensi penyebab banjir. Apalagi, semakin ke sini, kompleksitas Jakarta semakin campur aduk, bahkan dipadukan dengan hal-hal mistis serta politik sebagai penyebab banjir. Termasuk masih banyakorang Jakarta yang belum berbudaya atasi banjir, mereka cenderung ikutan menjadi penyebab banjir di DKI melalui gaya hidup membuang sampah di parit, got, saluran air, dan sungai. [caption id="attachment_315680" align="aligncenter" width="541" caption="kompas.com"]
Mengenai penyebab banjir 2014 di Jakarta, ada suara merdu Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Hasan, di Jakarta (13 Januari 2014), menyatakan bahwa,
"... upaya normalisasi sungai yang dilakukan Kementerian PU saat ini terhambat oleh persoalan permukiman ilegal yang belum terselesaikan hingga kini, ...; seperti di Pesanggrahan, tanah yang warga tempati itu ilegal. Itu tanah negara. Oleh karena itu, Pak Jokowi agar segera menyelesaikan rusunawa-rusunawanya.
Meskipun Jakarta masih tergenang, banjir tahun ini tidak separah tahun sebelumnya. Debit banjir tahun ini dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu sudah banyak berubah. Dengan pengerukan, pelebaran, dan normalisasi sungai yang terus dilakukan, saya perhatikan terus membaik kok keadaannya, ... (kompas.com)"
Jadi, jika banjir di Jakarta atau Jakarta masih kebanjiran pada 2014, maka, ikuti kata-kata Jokowi ketika menanggapi para pengkritiknya, "Saya baru setahun! Bagaimana dengan mereka yang sudah 10 tahun, 20 tahun!?" Bagiku, secara tak langsung, Jokowi dan juga pernyataaan Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Hasan (lihat kompas.com), sudah menjawab semua pengkritik Jokowi-Ahok tentang penyebab banjir di Jakarta.
So, jika Jakarta masih kebanjiran dan banjir di Jakarta, agaknya merupakan akibat morat-moratinya penataan kota, dan sisa-sisa ketidakberesan pemerinta DKI (dan Pusat) sebelumnya. Dan lebih dari itu, bisa jadi Rencana Tata Ruang DKI, sudah menjadi Plan Tata UANG di DKI, sehingga siapa yang punya uang bisa menata DKI sesuai kehendaknya, tanpa peduli lingkungan, tata kota, atau hal-hal yang bisa berakibat banjir di DKI.
SUPLEMEN
BNPB DKI: TITIK BANJIRÂ Era Foke 62,Era Jokowi 35
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta (BPBD DKI), Danang Susanto mengatakan, titik banjir di era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menurun. "Titik banjir menurun, saat ini ada 35 titik banjir di Jakarta," ujar Danang di Jakarta, Senin (13/1/2014). Menurut Danang, menurunnya titik banjir di Jakarta lantaran proses normalisasi sungai dan waduk sudah berjalan meski belum maksimal.
Sebelum kepemimpinan Joko Widodo, titik banjir di Jakarta sebanyak 75 titik banjir. Kemudian memasuki era kepemimpinan Fauzi Bowo atau Foke, titik banjir berkurang menjadi 62 titik. "Berkurangnya titik banjir tersebut karena adanya Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur yang mampu menampung debit air yang besar," kata Danang.