Tak Pernah Bermimpi, Suamiku Menjadi Presiden
Iriana Widodo, yang profile bentuk wajahnya mirip-mirip dengan Ibu Tien dan Ibu Ani, kini menjadi First Lady Indonesia, Ibu Negara; tentu akan menjadi pusat perhatian publik. Mungkin saja, ia tak setenar Lady Di ataupun Mother Teresa, namun dalam tugas dan fungsi sebagai istri presiden, akan menjadikan ia mengubah dan berubah tampilan diri. Karena sebagai "pendamping presiden,"  Iriana akan tetap disorot oleh media.
Ketika media pemberitaan diberi kesempatan untuk mewancarainya, Iriani "mengakui"
"Saya tidak pernah membayangkan jadi ibu negara, mengalir saja, dulu tukang kayu sampai jadi presiden mengalir saja, cita-cita sih pasti iya, tapi enggak pernah ngebayangin. Saya, mau jadi diri saya sendiri. Saya tidak pernah mengidolakan orang. Jadi diri sendiri saja.
Terpilihnya Jokowi sebagai presiden merupakan sebuah amanah yang harus diemban. Untuk itu, saya telah memberi pengertian kepada anak-anaknya akan posisi Jokowi sebagai orang nomor satu Indonesia. Itu amanah, harus dijalani. Tidak semua orang diberi amanah itu. Bapakmu jadi presiden.
Saya yakin suamiku dapat menjadi pemimpin yang baik dan menjadi teladan bagi rakyat Indonesia. Ibu yakin, percaya sama Pak Jokowi."
Tidak pernah bermimpi dan bercita-cita suami menjadi presiden, bukan bermakna hidup dan kehidupan Iriana tanpa mimpi dan cita-cita, bahkan obsesi. Dari pengakuan Iriana di atas, ada suatu obsesi dalam rangka menunjang keyakinannya bahwa "suaminya dapat menjadi pemimpin yang baik dan menjadi teladan bagi rakyat Indonesia."
Ya, menjadi pemimpin dan teladan bagi yang dipimpin, dua hal yang menyatu dan harus terjadi. Bukankan banyak orang menjadi pemimpin, namun tak bisa menjadi teladan!? Juga, tak sedikit orang jadi teladan, namun tidak diberi dan mempunyai kesempatan memimpin bangsa dan rakyat!? Jokowi, dalam keyakinan, dan obsesi, Iriana bisa kedua-duanya, ia mampu sebagai pemimpin dan sekaligus teladan.
Opa Jappy - Jakarta Selatan