BIN perlu juga melihat, bukan hanya jeniusnya, namun juga kemampun fisik yang berhubungan denan kejeniusannya tersebut.Â
Sebab, tidak sedikit orang jenius, namun fisik dan beban pikiran atau psikologisnya tak sanggup menerima proses tempaan ala militer di BIN. Sebaliknya, cukup banyak orang tak jenius, namun mempunyai kemampuan seperti diharapkan BIN atau sesuai dengan kriteria mereka.
Di samping itu, jika ada perekrutan dari "bukan lulusan atau mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara dan Anggota TNI/Polri, maka sejak dini, harus menyampaikan tentang "sosok anggota BIN yang tertutup, serta hanya diketahui oleh lingkaran yang sangat terbatas."Â
Katakanlah, seperti menandatangani "form kerahasiaan" diri.
Dengan demikian, tak ada kejutan-kejutan, seperti yang diungkap oleh media berdasar kata sambutan ayahanda Gayatri; karena ia sudah tahu tentang apa serta siapa anaknya, dan itu adalah suatu kerahasiaan.
Apa yang terjadi pada Gayatri Dwi Wailissa, adalah suatu kerugian besar bagi BIN serta Bangsa dan Negara; ia meninggalkan banyak hal sebelum waktunya.
Selamat  Jalan Gayatri Dwi Wailissa
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H