Dari video di Youtube, terlihat dengan jelas bahwa orang-orang yang melihat Mustafa Mawla yang matanya tertutup dan tulisan di dekat kakinya,  datang dang memeluknya. Mereka yang memeluknya, terlihat di video, datang dari berbagai ras, etnis, dan agama. Setipa menit, lebih dari 20 orang memeluk Mustafa Mawla dan ada yang dengan pelukan cium kiri kanan.Â
Bahkan, ada orang yang keluar dari mobil dan memeluk "Pria Buta" tersebut. Penggagas percobaan tersebut, Assma Galuta, menyatakan bahwa  "Kami sedang melakukan eksperimen sosial untuk mengatasi munculnya Islamophobia di Amerika utara dan Eropa dan acara yang masyarakat sendiri bagaimana umat Islam dibuat untuk merasa di negara mereka sendiri. Kami hendak memberi pesan kepada dunia agar menghilangkan rasa takut terhadap Muslim; dan menghilangkan  stereotip terhadap Muslim dan Islamophobia."
Di sana, negeri yang jauh dari Nusantara, banyak orang cukup lelalh berupaya memperlihatkan Islam dan Muslim vang ramah dan bisa diterima di/dalam masyarakat. Dan upaya itu, berhasil. Tak sedikit orang berempati dan simpati dengan pergumulan Muslim di sana.
Eksperimen sosial di Kanada tersebut, benar-benar menunjukan upaya yang sangat menyentuh dan inspiratif bagi siapa pun. Dan sekaligus menunjukkan bahwa tidak semua orang, yang beda agama, menuding, menuduh, serta memberi label teroris kepada Muslim/mah. Mereka, bisa menerima Muslim/mah apa adanya dan tanpa label apa pun. Itulah penerimaan dan menunjukan kasih yang universal terhadap sesama manusia.
Bagaimana dengan Indonesia!?
Mungkin saja label seperti di/dalam foto di atas, ada pada banyak orang Indonesia; dan hal itu diperparah munculnya orang serta ormas radikal, rasis, intoleran. Mereka selalu muncul dengan wajah tak bersabat plus bahasa kekerasan. Â Tentu, model dan tampilan seperti itu, sangat merugikan umat Islam lainnya, yaitu mereka yang ramah serta bersahabat.
Agaknya, teman-teman Muslim/mah ramah dan bersahabat perlu "melakukan hal serupa" dalam rangka membangun kesetaraan yang bermartabat, tanpa harus dikotori dengan sentimen-sentimen pembedaan terhadap sesama.
Tapi, mungkinkah ...!?
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H