Biasanya memang penjaga gawang dadakan ini kebobolan. Menyebabkan tim kalah atau tertolong dengan marjin keunggulan skor yang besar. Jika berakhir baik-baik saja, kemungkinan karena durasi waktu di bawah mistar yang sebentar. Paling-paling pada waktu tambahan. Tim yang dia bela tergolong punya lini pertahanan tangguh dan bukan melawan tim kuat. Setidaknya, alasan hal ini terjadi bukan karena kesengajaan pelatih tidak membawa kiper cadangan.
Anomali terjadi pada Sheffield United dan Jagielka. Sebagai kiper dadakan, pemain akademi Sheffield ini sukses tidak kebobolan untuk membantu tim meraih tiga poin. Sepanjang 29 menit waktu normal plus lima menit waktu tambahan, Jagielka sanggup menghalau bola yang mengarah kepadanya dengan satu penyelamatan gemilang saat mementahkan sepakan jarak dekat penuh tenaga yang memantul dari Robin van Persie.
Suatu aib tersendiri bagaimana Arsenal keok dengan catatan kiper lawan ialah seorang bek. Momen itu menjadi suatu penanda lain saat merujuk banter era (era olok-olok) Arsenal yang puasa gelar delapan musim.. Klub yang belum lama menjadi kekuatan besar Inggris dengan juara Premier League tanpa terkalahkan dan menembus final Liga Champions untuk pertama kalinya mendadak melemah sehabis pindah stadion.
Sedangkan bagi Sheffield, kemenangan tersebut memang sama sekali tidak menyelamatkan mereka bertahan di level elite. Pada akhir musim, mereka terdegradasi dengan raihan 38 poin dan hanya berselisih 1 gol dari Wigan Athletic di zona aman. Apalagi kontroversi mengiringi tim papan bawah lainnya, West Ham United yang semestinya dihukum pengurangan poin karena skandal kepemilikan Carlos Tevez dan Javier Mascherano yang dipegang pihak ketiga.
"Itu (menjadi kiper) memori yang menyenangkan. Bakal terasa manis seandainya cukup membuat kami tetap bertahan di liga, tapi sayangnya tidak berhasil," kenang Jagielka.
Untuk Jagielka, momen unik ini turut membawa sosoknya ke dalam banyak percakapan. Sepak terjangnya sebagai jantung pertahanan diapresiasi sampai akhirnya Everton merekrutnya. Bahkan pemain berusia 37 tahun ini masih sanggup merecoki Arsenal pada musim lalu lewat gol tunggalnya yang membawa Everton menang di Stadion Goodison Park.
Praktis, sekalipun lebih banyak membela Everton, kemungkinan besar Jagielka ialah pemain terbaik didikan akademi Sheffield United dalam beberapa tahun terakhir. Empat puluh kali dia membela Inggris, termasuk disertakan pada ajang sekaliber Piala Eropa 2012 dan Piala Dunia 2014.
Jagielka pula satu-satunya pemain yang masih tersisa saat ini di kedua belah pihak dari laga absurd yang berlangsung di bulan Desember 2006. Seorang bek yang menjadi kiper, membuat penyelamatan gemilang, dan mampu mempertahankan keunggulan untuk kemenangan berkesan.
Jika dia diturunkan pada laga melawan Arsenal dini hari nanti, siapa tahu kisah serupa terulang lagi. Setidaknya, memori indah dari laga tiga belas tahun lalu siap tersemai kembali.
Sumber: Sky Sports/BBC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H