Arsenal bakal berkunjung ke Stadion Bramall Lane, markas tim promosi Sheffield United, Selasa (22/10) pukul 02.00 WIB. Terakhir kali The Gunners bermain di sana untuk ajang Premier League, terdapat momen unik yang jarang terjadi.
Sebelum promosi ke Premier League musim ini, Sheffield mentas di divisi teratas sepak bola Inggris pada musim 2006-07. Hanya semusim mereka berlaga di sana, karena langsung terdegradasi lagi sampai mengendap di level bawah lebih dari satu dekade.
Sekalipun begitu, mereka sanggup membuat kenangan tatkala Arsenal bertamu ke rumah mereka. The Blades, julukan Sheffield, sanggup unggul 1-0 dari tim asal London Utara yang masih ditukangi Arsene Wenger. Namun, penekanannya justru pada bagaimana cara mereka memperoleh kemenangan.
Setelah juru gedor mereka, Cristian Nade membukukan gol ke gawang Jens Lehmann, ketahanan mereka diuji pada momen genting. Sektor penyerangan Arsenal yang masih dikomandoi Tomas Rosciky jelas enggan dipermalukan tunduk dari klub semenjana.
Keberuntungan sekilas menghampiri Arsenal. Kiper Sheffield, Paddy Kenny cedera di menit ke-61 setelah menyepak tendangan gawang. Situasi  bagi Si Pedang, karena pelatih Neil Warnock memang tidak menyiapkan kiper pengganti di bangku cadangan.  Alhasil, mesti ada outfield player (pemain selain kiper) yang mesti bertugas menjaga gawang.
Entah pernah menyertakan kalimat, "Bersedia ditempatkan di mana saja" pada curriculum vitae, entah sekadar tidak bisa menolak perintah pelatih, atau apalah, bek tengah Phil Jagielka mengganti pakaian, memakai sarung tangan, dan berdiri di bawah mistar.
"Saya tidak pernah tertarik dengan kiper pengganti, saya pikir justru perbanyak penyerang cadangan jauh lebih penting," ungkap Neil Warnock yang memang eksentrik kepada Sky Sports.
Ternyata, menempatkan Jagielka sebagai kiper pengganti pernah dilakukan pada sesi latihan, maupun laga Divisi Championship. Melihat performa yang cukup baik, Warnock lantas kelewat percaya diri tidak membutuhkan kiper cadangan.Â
Kisah semacam ini acap kali terjadi. Misalnya, penyerang Tottenham Hotspur Harry Kane saat bertanding melawan Asteras Tripolis di ajang Europa League musim 2014-15. Kane yang sudah membukukan hat-trick, terpaksa menggantikan tugas Hugo Lloris yang diganjar kartu merah di menit ke-87. Kane yang tidak mahir, kebobolan lewat tendangan bebas. Untung, Lilywhites kadung unggul lima gol terlebih dahulu.
Dua mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand juga pernah berperan serupa saat masih membela The Red Devils.. Akibat kiper  utama Edwin van Der Sar cedera di tengah laga dan kiper cadangan diganjar kartu merah setelah melakukan pelanggaran di kotak penalti, Ferdinand ketiban pulung. Dia tidak sanggup menghalau sepakan penalti pemain Portsmouth, Sulley Muntari. Sial tidak dapat dihindari, MU kalah 0-1 dan tersingkir dari Piala FA musim 2007-08.
Biasanya memang penjaga gawang dadakan ini kebobolan. Menyebabkan tim kalah atau tertolong dengan marjin keunggulan skor yang besar. Jika berakhir baik-baik saja, kemungkinan karena durasi waktu di bawah mistar yang sebentar. Paling-paling pada waktu tambahan. Tim yang dia bela tergolong punya lini pertahanan tangguh dan bukan melawan tim kuat. Setidaknya, alasan hal ini terjadi bukan karena kesengajaan pelatih tidak membawa kiper cadangan.
Anomali terjadi pada Sheffield United dan Jagielka. Sebagai kiper dadakan, pemain akademi Sheffield ini sukses tidak kebobolan untuk membantu tim meraih tiga poin. Sepanjang 29 menit waktu normal plus lima menit waktu tambahan, Jagielka sanggup menghalau bola yang mengarah kepadanya dengan satu penyelamatan gemilang saat mementahkan sepakan jarak dekat penuh tenaga yang memantul dari Robin van Persie.
Suatu aib tersendiri bagaimana Arsenal keok dengan catatan kiper lawan ialah seorang bek. Momen itu menjadi suatu penanda lain saat merujuk banter era (era olok-olok) Arsenal yang puasa gelar delapan musim.. Klub yang belum lama menjadi kekuatan besar Inggris dengan juara Premier League tanpa terkalahkan dan menembus final Liga Champions untuk pertama kalinya mendadak melemah sehabis pindah stadion.
Sedangkan bagi Sheffield, kemenangan tersebut memang sama sekali tidak menyelamatkan mereka bertahan di level elite. Pada akhir musim, mereka terdegradasi dengan raihan 38 poin dan hanya berselisih 1 gol dari Wigan Athletic di zona aman. Apalagi kontroversi mengiringi tim papan bawah lainnya, West Ham United yang semestinya dihukum pengurangan poin karena skandal kepemilikan Carlos Tevez dan Javier Mascherano yang dipegang pihak ketiga.
"Itu (menjadi kiper) memori yang menyenangkan. Bakal terasa manis seandainya cukup membuat kami tetap bertahan di liga, tapi sayangnya tidak berhasil," kenang Jagielka.
Untuk Jagielka, momen unik ini turut membawa sosoknya ke dalam banyak percakapan. Sepak terjangnya sebagai jantung pertahanan diapresiasi sampai akhirnya Everton merekrutnya. Bahkan pemain berusia 37 tahun ini masih sanggup merecoki Arsenal pada musim lalu lewat gol tunggalnya yang membawa Everton menang di Stadion Goodison Park.
Praktis, sekalipun lebih banyak membela Everton, kemungkinan besar Jagielka ialah pemain terbaik didikan akademi Sheffield United dalam beberapa tahun terakhir. Empat puluh kali dia membela Inggris, termasuk disertakan pada ajang sekaliber Piala Eropa 2012 dan Piala Dunia 2014.
Jagielka pula satu-satunya pemain yang masih tersisa saat ini di kedua belah pihak dari laga absurd yang berlangsung di bulan Desember 2006. Seorang bek yang menjadi kiper, membuat penyelamatan gemilang, dan mampu mempertahankan keunggulan untuk kemenangan berkesan.
Jika dia diturunkan pada laga melawan Arsenal dini hari nanti, siapa tahu kisah serupa terulang lagi. Setidaknya, memori indah dari laga tiga belas tahun lalu siap tersemai kembali.
Sumber: Sky Sports/BBC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H