Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Duduklah dan Merendah, Jerman

29 Juni 2018   14:59 Diperbarui: 29 Juni 2018   15:11 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah sekarang waktu untuk Loew pergi?. Foto: FIFA.com via Getty Images.

Gol Korsel menit 90+2 hancurkan asa Jerman. Foto: Getty Images (FIFA.com).
Gol Korsel menit 90+2 hancurkan asa Jerman. Foto: Getty Images (FIFA.com).
Urusan berbuat eror, tiada lagi yang lebih komikal daripada Neuer pada gol kedua Korsel. Bayangkan, seorang kiper profesional kehilangan bola di daerah permainan lawan! Kejadian penting untuk mendefinisikan ulang relevansi peran sweeper-keeper, karena Pep Guardiola bukan pelatih Jerman.

Reus yang menjalani debut Piala Dunia tampak tampil paling baik lewat sumbangan satu gol dan satu asis, tapi gagal signifikan di momen krusial. Khedira pasti tahu dia pergi ke Rusia bukan untuk jogging saat bertanding. Joshua Kimmich terlalu sering berkelana ke depan hanya untuk meninggalkan lubang di pertahanan. Jerome Boateng berurusan dengan kedisiplinan, sementara leher Hummels setelah cedera lagi tidak tajam di depan gawang. Jonas Hector harus diakui tidak sebaik Lahm, sedangkan Timo Werner jelas bukan Miroslav Klose.

Dari segala kegaduhan, tanggung jawab akhir ditujukan kepada Loew. Diakuinya, Nationalmannscaft layak pulang dari Rusia. Pilihannya percaya pada Neuer padahal absen selama 8 bulan akibat cedera, bukan pada Marc-Andre ter Stegen yang prima di Barcelona, berbuah kekeliruan fatal. Tiadanya pemain jangkar di lini tengah guna mengantisipasi serangan balik ialah prakondisi kebobolan-kebobolan dengan cara konyol. Meninggalkan Sane terus memantik debat sekalipun torehan sebutir asis dalam 12 laga cukup menunjukkannya tidak masuk skema.

Kali ini, tiada istilah Turniermannschaft, tim yang performanya membaik seiring berjalannya turnamen. Sebab Jerman keburu kehilangan kelas.

Auf wiedershen!

Loew sebetulnya baru memperpanjang kontrak pada Mei dengan status pelatih timnas bergaji tertinggi sekitar 3,3 juta paun. Dengan tragedi ini, kemungkinan besar dia segera mundur atau dipecat. Pelatih Jerman terdahulu dengan pencapaian minimal babak delapan besar saja, mesti tanggal jabatan. Apalagi sebatas fase grup? Belum lagi dorongan budaya malu bagi pimpinan telodor tanggung jawab, seperti CEO Volkswagen Martin Winterkorn pasca skandal emisi gas ataupun pimpinan parpol setelah hasil buruk pada pemilu.

Apakah sekarang waktu untuk Loew pergi?. Foto: FIFA.com via Getty Images.
Apakah sekarang waktu untuk Loew pergi?. Foto: FIFA.com via Getty Images.
Kegagalan maju ke fase berikutnya untuk pertama kali setelah Piala Dunia 1938 perlu menjadi bahan introspeksi. Toh negara lain lebih dulu menelannya. Italia dan Cile tidak ada di Rusia. Belanda juga tidak masuk pandangan sejak Piala Eropa 2016. Prancis sedang bangun ulang kondusifitas setelah konflik internal pada 2010.

Inggris gagal tampil di Piala Eropa 2008, sembari ulang-ulang kisah kejayaan 1966. Argentina era Lionel Messi gagal di final Piala Dunia dan dua final Copa America. Brasil sempat terguncang hebat kala tunduk 1-7 di Maracana oleh sang juara dunia. Uruguay belum segemilang era awal Piala Dunia. Sedangkan generasi emas Belgia baru bangkit dan butuh pembuktian.

Apakah kegagalan ini membuat Jerman butuh perombakan ulang atau "Das Reboot"? Memulai lagi tata kelola sepak bola seperti saat pasukan tua mereka melapuk di Piala Eropa 2000. Tampaknya melakukan perombakan drastis seperti itu terasa radikal. Toh kualitas dan kuantitas pemain tetap melimpah, juga belum sepenuhnya habis era tulang punggung timnas Piala Dunia 2014.

Sekarang waktunya bagi mereka untuk duduk dan merendahkan hati. Rehat sejenak dari obsesi berujung cercaan arogan. Berupaya pulih dari pedihnya kekalahan. Lekas kembali bertarung tangguh nan dominan, Jerman!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun