Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Duduklah dan Merendah, Jerman

29 Juni 2018   14:59 Diperbarui: 29 Juni 2018   15:11 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jerman mesti duduk dan merendah setelah kalah dan tersingkir di Rusia. Foto oleh Alexander Hassenstein/Getty Images

Tertarik mengikuti saksama kiprah Swedia? Maka jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Kacau Luar-Dalam

Isu panas lain mendekati penyelenggaraan Piala Dunia, Oezil dan Ilkay Guendogan berfoto bersama Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan di London. Guendogan memberikan kaus Manchester City bertuliskan namanya menuliskan ucapan, "Kepada Presidenku, dengan segala hormat".

Kejadian ini berelasi dengan konstelasi politik di negera leluhur mereka. Mengingat pada Mei itu, Erdogan tengah mengikuti Pemilu Presiden Turki demi melanjutkan kekuasaannya selama 15 tahun. Erdogan cerdik memanfaatkan situasi meski dilarang berkampanye langsung kepada sekitar 1,2 juta warga keturunan Turki yang punya hak pilih di Jerman.

Tindakan itu seperti membuka api dari sekam. Isu nasionalisme dan kewarganegaraan ganda terus digoreng partai nasionalis sayap kanan Alternative fuer Deutschland yang bahkan pada tahap tertentu menuntut kedua pemain ditarik dari tim. Jangankan AfD, federasi sepak bola Jerman DFB dan juru bicara Kanselir Angela Merkel juga tidak menyetujui pendekatan Erdogan kepada keduanya.

Kondisi makin runyam khususnya bagi Oezil tatkala aksi masterclass-nya tidak sekalipun berbuah hasil positif. Jerman selalu kalah saat dia tampil dan malah menang saat dia tidak mentas. Ketika kalah dari Meksiko, aksi turun ke pertahanannya tidak menghalangi Hirving Lozano mencetak gol. Ketika tumbang dari Swedia, Oezil untuk pertama kalinya tidak masuk susunan pemain pemulai laga. Ketika tumbang dari Korsel, dia sempat kehilangan bola yang berujung tendangan tepat sasaran ke gawang.

Sama seperti di Arsenal, Oezil di timnas Jerman juga menjadi samsak kritik eks pemain. Mario Basler dengan tajam mengkritik bahasa tubuh eks pemain Schalke ini seperti 'kodok mati' setelah kalah dari Meksiko.

Segalanya tambah buruk saat gagal total. Sport Bild menyebar isu kalau tim terbagi dalam beberapa kubu yang saling berebut pengaruh. Ada kubu Bavaria berisi Manuel Neuer, Toni Kroos, Hummels, dan Mueller versus kubu 'bling-bling' berkomposisi Oezil, Jerome Boateng, Sami Khedira, dan Julian Draxler. Irisan lainnya menghasilkan kubu Piala Konfederasi yang merasa dianggap remeh para pemain juara Piala Dunia 2014. Isu semacam ini lazim berhembus dari tim yang terguncang, seperti Prancis pimpinan Raymond Domenech untuk PD 2010 Afrika Selatan.

Jika konflik itu nyata, persoalan Fuhrungsspieler atau kepemimpinan di lapangan memang bisa menjadi bukti. Tiada lagi kapten Philipp Lahm dan Bastian Schweinsteiger bisa jadi penyebab. Juga sosok seperti Per Mertesacker dan Lukas Podolski yang lazim merekatkan tim yang dibela lewat rangkulan kepemimpinan humoris.

Mueller tampak mencoba mengajak rekan-rekannya tetap tenang saat memastikan tambahan waktu enam menit selepas Korsel cetak gol. Nyatanya sepanjang turnamen kehadirannya sama sekali tidak terasa. Tiada tambahan gol untuknya di Piala Dunia sekalipun menjadi top skor di PD 2010 dengan lima gol dan jumlah sama untuknya empat tahun berselang. Peran penafsir ruang atau raumdater khas Mueller hanya bisa berfungsi saat ada gol tercetak. Sialnya, sejak Bayern Munchen dilatih Carlo Ancelotti, Mller hilang produktivitas mirip kucing disterilisasi.

Pahlawan Jerman pada laga melawan Swedia, Kroos tidak lepas dari kesalahan fatal. Dua kali dia melakukan eror berbuah gol lawan, satu saat kehilangan bola pada gol Ola Toivonen dan sodoran bola untuk Kim Young-gwon yang batal offside setelah revisi VAR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun