Copa America 2015 memang usai dua hari lalu. Para sosok di CA 2015 menyajikan segala macam drama di Chili, negara yang menjadi tuan rumah sekaligus sukses juara di akhir turnamen. Selain kesabaran dan kerja keras mereka selama 99 tahun yang membuahkan hasil manis, ada beberapa hal menarik dari Copa America 2015 yang bisa kita petik menjadi pelajaran. Silakan duduk tenang dan baca perlahan.
1. Jangan bergantung kepada akar lapuk
[caption caption="Neymar Jr. 'Akar Lapuk' da Silva. Sumber foto: Twitter @ca201_en"]
Peribahasa ini tepat kita tujukan untuk tim nasional Brasil. Mereka dua kali tersingkir dalam turnamen level senior dengan cara yang tidak jauh beda. Ketidakhadiran Neymar di semifinal Piala Dunia 2014 menjadi alibi kekalahan memalukan dari Jerman 1-7. Pada Copa America 2015, absennya Neymar karena dihukum tidak bisa bermain di sisa laga turnamen ternyata memengaruhi kekuatan Selecao. Paraguay mengirim mereka pulang lewat drama adu penalti.
Sangat menyedihkan negara dengan tradisi sepak bola yang mengakar seperti Brasil terlalu bergantung kepada bocah banyak tingkah seperti Neymar. Kita semua tahu kekonyolan macam apa yang Neymar lakukan sehingga CONMEBOL menghukumnya. Bakat dan talenta pemain Barcelona ini memang sangat luar biasa, tapi sayangnya tidak turut diikuti kedewasaan. Sudah begitu, Brasil yang mengaku melahirkan legenda sepak bola setiap harinya, ternyata tidak punya pemain berkualitas sepadan. Sudahlah Brasil, jangan bergantung lagi kepada akar yang lapuk.
*Baca juga: Neymar dan Tak Ada Burger yang Mesti dibagi.
Â
2. Setiap Bagian Tubuh Kita Pasti Dimintai Pertanggungjawaban
Salah satu aksi yang menjadi sorotan dalam CA 2015, apalagi kalau bukan perilaku Gonzalo Jara terhadap Edison Cavani. Tusukan jari Jara ke lubang (maaf) pantat Cavani di laga perempat final Chili versus Uruguay terlalu epik. Provokasi Jara membuat Cavani menampar wajahnya dan berujung ganjaran kartu merah oleh wasit Sandro Ricci. Uruguay yang kehilangan pemain bintangnya pun menyerah 0-1.
Jara sendiri dihukum tidak bisa tampil dua laga. Bek tengah ini tidak ambil bagian di babak semifinal dan final. Meski absen di dua pertandingan penting yang membuat Chili juara, Jara tetap bahagia karena negaranya juara. Tidak percaya? Lihat saja bagaimana cara dia berselebrasi.
[caption caption="Jari-Jari Jara Kini Membawa Bendera Chile dengan Bahagia. Sumber foto: ca2015.com "]
Baca juga cerita Gonzalo Jara yang seperti kisah The Amazing Amy di sini.
3. Ada Messi, Ajak Selfie!
[caption caption=""Dear Messi, may i take a selfie with you?" Sumber foto: bola.kompas.com""]
Momen bertemu Lionel Messi memang langka bagi banyak orang. Oleh sebab itu, jangan pernah ragu mengabadikan kebersamaan bersamanya kalau berjumpa. Mungkin itu yang ada di pikiran penyerang Jamaika, Dashorn Brown. Tidak peduli jika dia berstatus sama sebagai pesepak bola, tanpa basa-basi Brown mengajak Messi selfie di tengah lapangan seusai laga! Jamaika kalah 0-1 ketika itu. The Reggae Boys pun pulang dari Chili sebagai juru kunci Grup B, tanpa bisa mencetak gol, kebobolan tiga kali, dan buah tangan berupa foto selfie penyerangnya yang norak minta ampun.
Selain Brown, ada lagi yang mengajak Messi berfoto ria. Seorang bocah Chili memotret dirinya dengan Messi selepas laga final. Bocah itu terlalu lugu untuk mengetahui kalau Messi sedang bersedih hati. Ya, namanya juga bocah.
4. Saat Adu Penalti, Jangan Putar Lagu Anggun C. Sasmi.
[caption caption="Sepakan Higuain melambung bersama harapan Argentina juara. Sumber foto: footballwood.com"]
Ada tiga momen adu penalti di Copa America 2015. Laga Argentina vs Kolombia, Brasil vs Paraguay (keduanya di babak perempat final), serta laga pamungkas Chili vs Argentina. Ketiga laga itu punya kesamaan soal eksekutor penalti yang gagal. Para pesakitan masing-masing negara menendang bola dengan sekuat tenaga, sehingga melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi. Hmm, pasti mereka terlalu terinspirasi lirik lagu Anggun C. Sasmi yang berjudul "Mimpi".
Tendangan Marcos Rojo, Luis Muriel, dan Jason Murillo di pertandingan Argentina vs Kolombia konon mendarat di tempat parkir stadion. Mestinya mereka mesti mencontoh ketenangan seorang Carlos Tevez, ya (baca di sini).
Sementara itu, bola sepakan Douglas Costa dan Roque Santa Cruz saat Brasil vs Paraguay sukses menghantam kepala penonton di tribun baris teratas. Paling sensasional tentu saja sepakan Gonzalo Higuain di laga final. Bolanya melambung ke langit malam kota Santiago yang gelap. Segelap nuansa hati pemain Argentina yang gagal juara lagi.Â
Menghadapi momen krusial memang harus dengan hati yang tenang dan kepala yang dingin. Alexis Sanchez paham hal tersebut dan kita tahu betapa keren sepakan penaltinya yang memastikan Chili juara.
Â
sumber gambar utama: ca2015.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H