Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Menulis: Tidak Hanya Sekedar Mengejar “KPI”

7 November 2014   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:24 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menulis itu susah, perlu waktu, dan juga kita tidak tahu penghargaan apa yang akan kita peroleh” pendapat beberapa teman ketika saya mengajak mereka untuk mulai menulis.

Motivasi menulis pertama kali datang dari guru bahasa Indonesia saya Bapak St. Kartono di SMA Kolese De Britto, Yogyakarta. Kelas bahasa Indonesia yang beliau ajar tidak pernah membosankan bagi saya. Sebagai seorang pengajar bahasa Indonesia beliau melakukan pendekatan pengajaran yang inovatif seperti memberikan kuis EYD sebelum pelajaran dimulai. Dalam beberapa kesempatan beliau juga menunjukkan tulisan-tulisan yang sudah diterbitkannya di beberapa media di Indonesia.

Beliau juga memotivasi siswanya dengan memberikan nilai lebih apabila tulisan kita dapat diterbitkan di media apapun di Indonesia. Saya pun kemudian tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menulis di sekolah. Melalui proses belajar dengan guru dan teman-teman akhirnya tulisan pertama saya dapat terbit di kolom ‘Siswa Bicara’ harian Bernas, Yogyakarta pada tahun 1994. Koran ini mempunyai lembar khusus GEMA bagi siswa di sekolah mana saja yang tertarik menulis artikel.

Betapa senang dan bangganya saya ketika itu. Karena tulisan itu saya mendapat hadiah berupa ikat pinggang dari sponsor di harian tersebut. Sesudah selesai SMA, hobi menulis pun berlanjut. Saya mulai berani mengirim artikel ke beberapa media dan juga mengikuti beberapa kejuaran menulis baik tingkat nasional maupun internasional. Walaupun saya tidak pernah menjadi pemenang saat itu tetapi saya sangat senang karena lewat tulisan saya bisa belajar hal baru.

Salah satu lomba yang masih membekas diingatan saya adalah lomba esai tentang Korea yang diadakan oleh Kedutaan Besar Korea pada tahun 1998. Kala itu saya menulis tentang Prospek Hubungan Indonesia dan Korea karena ingin tahu lebih banyak tentang negeri Ginseng dan pergi ke sana. Enam belas tahun berlalu dengan cepat dan tidak terasa bahwa sekarang saya bekerja menjadi guru Bahasa Indonesia di Universitas Woosong, Daejeon, Korea Selatan. Akhirnya salah satu mimpi saya untuk pergi ke Korea kala itu dapat terwujud.

Jika Anda bekerja sebagai pengajar di universitas, menulis adalah keharusan. Salah satu Key Performance Indicator (KPI) – indikator kinerja kita dilihat dari jumlah tulisan yang dapat kita tulis dan terbitkan. Mau tidak mau kita dituntut untuk menulis. Jika kita tidak memenuhi hal tersebut maka siap-siap saja kita kehilangan pekerjaan. Namun demikian, bagi saya sendiri menulis tidak hanya karena tuntutan mengejar KPI yang bagus tetapi ada beberapa hal yang lebih penting.

Menulis adalah Proses Penelitian Tidak Langsung

Saat ini sebagai seorang guru kita tidak hanya dituntut untuk dapat mengajarkan mata pelajaran yang baik kepada siswa didik kita. Kita juga harus dituntut untuk melakukan penelitian. Penelitian di sini tidak harus “ilmiah”. Tetapi kita bisa melakukan penelitian yang sederhana dengan mengamati sesuatu di sekitar kita kemudian menulisnya. Di sinilah saya melihat bahwa kita sudah melakukan sebuah proses dari penelitian yaitu pengamatan dan kemudian menulisnya. Jika hal ini dilakukan dengan terus menerus maka kita akan dapat membuat penelitian yang bagus.

Menulis Melatih Bepikir Kreatif dan Inovatif

Dengan menulis, otak kita akan terus bekerja. Sebagai seorang guru kita dituntut untuk terus menuangkan ide atau gagasan secara kreatif dan inovatif. Proses ini harus dibangun karena tidak muncul secara tiba-tiba. Saat ini anak didik kita sudah sangat pintar-pintar. Mereka bukan hanya menjadi pendengar yang pasif di kelas tetapi mereka tidak segan-segan bertanya secara kritis. Dengan menulis maka kita akan dapat mengasah kemampuan kita untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif.

Menulis Membantu Pengembangan Diri Guru

Di Korea ini banyak sekali materi pengajaran Bahasa Indonesia. Namun demikian kadang-kadang materi tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh siswa. Sebagai seorang guru saya lebih puas jika saya dapat menulis bahan pengajaran sendiri. Lewat hal tersebut, secara tidak langsung saya dapat mengembangkan kemampuan saya sendiri terhadap bidang yang saya geluti. Selain itu saya pun akan lebih mudah menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Tidak tertutup kemungkinan juga bahwa bahan pelajaran tersebut akan diterbitkan menjadi buku.

Menulis Dapat Mendekatkan Guru dan Siswa

Kadang-kadang siswa tidak mau mengutarakan perasaannya secara langsung kepada guru. Ketika guru menulis, siswa dapat membaca tulisan guru dan mereka akan lebih paham tidak hanya saja tentang tulisan tersebut tetapi juga kepribadian guru. Di Korea sendiri hubungan guru dan murid sangat formal. Kadang-kadang akan lebih mudah menyampaikan apa yang kita inginkan melalui tulisan dari pada berbicara langsung dengan siswa. Lewat tulisan guru dan siswa dapat lebih mudah saling memahami.

Menulis Dapat Menginspirasi Banyak Orang

Seperti cerita saya sebelumnya bahwa saya sangat termotivasi dengan tulisan-tulisan yang ditulis oleh guru saya. Lewat tulisan guru dapat memberikan motivasi atau inspirasi tidak terbatas bagi siswa saja namun juga bagi rekan guru dan orang lain. Karena beberapa tulisan yang saya tulis, sering saya mendapatkan email dari siswa atau orang yang tidak dikenal mengucapkan terima kasih karena setelah membaca tulisan saya mereka menjadi lebih tahu tentang sesuatu hal.

Menulis Menumbuhkan Sikap Mau Berbagi

Menulis dapat menumbuhkan sifat berbagi bagi sesama. Secara tidak langsung ketika kita menulis dan membagikan tulisan kita kepada orang lain maka kita pun dapat menyebarkan informasi kepada mereka. Informasi yang kita tulis mungkin sangat bermanfaat bagi murid kita dan orang lain. Lewat kegiatan ini, Tanoto Foundation dan Bapak Sukanto Tanoto juga membantu banyak guru untuk berbagi tentang pentingnya menulis.

Menulis Melawan Lupa

Saya sangat sependapat dengan hal ini. Ketika kita menulis kita kembali menuangkan pikiran-pikiran kita yang mungkin sudah kita lupakan. Hal ini dapat juga menyegarkan kembali ingatan-ingatan kita. Dengan bertambahnya umur, kita pun mulai mudah lupa. Tulisan-tulisan yang kita pernah tulis dapat menjadi rekam jejak seorang pengajar. Tulisan-tulisan tersebut dapat juga menjadi bahan diskusi bagi siswa maupun rekan kerja kita.

Menulis Mendapatkan “Uang Tambahan”

Walaupun ini bukan tujuan utama menulis, jika kita mau menulis dengan serius maka kita akan dapat menghasilkan uang tambahan. Lewat beberapa tulisan yang saya tulis dan terbit di media massa, saya mendapatkan tambahan uang. Uang itu biasanya saya gunakan untuk membeli buku atau membeli peralatan kamera karena kebetulan saya sangat suka fotografi. Dengan tulisan dan foto yang baik maka kita akan bisa lebih banyak mendapatkan uang tambahan.

Menulis Mendapatkan Penghargaan

Walaupun ini juga bukan tujuan utama untuk menulis, kita akan senang sekali jika tulisan yang kita tulis di baca siswa atau orang lain, terlebih lagi mendapatkan penghargaan. Selama menulis di Kompasiana saya sudah dua kali mendapatkan penghargaan ketika dua tulisan saya: Mengajar Bahasa Indonesia di Tiga Benua dan Mengenalkan Garuda Indonesia di Korea Selatan menjadi pemenang lomba blog yang diadakan oleh Kompasiana.

Akhirnya berbicara mengenai menulis, tidak akan lepas dari niat dan motivasi kita untuk mulai menulis. Mulailah menulis dengan hal-hal yang sederhana. Jangan lupa tulisan tersebut disebarkan di media sosial yang Anda punyai. Untuk menambah wawasan kita, kita dapat membaca tulisan orang lain. Siapkan diri juga untuk dikritik karena tidak semua pembaca suka dengan tulisan yang kita buat.

Selamat Menulis Bapak dan Ibu Guru. Stay Active, Positive, dan Productive.
(Daejeon, 7 November 2014: My Journal: Travel with Ony Jamhari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun