Guru Penggerak, di disain menjadi pribadi yang lebih cepat, lebih tangkas dan pandai menyusun prioritas. Mereka harus bergerak dan belajar satu malam lebih cepat, beberapa tingkat lebih tinggi dan beberapa lompatan lebih jauh daripada para siswa dan komunitasnya. Jika tidak, maka bagaimana mungkin mereka mampu menarik gerbong-gerbong kereta api perubahan?
Kemandirian, menjadi nilai paling mendasar dalam diri setiap Guru Penggerak. Sebuah bentuk integritas terhadap apa yang diputuskannya baik atau tidak bagi dirinya sendiri.
Guru Penggerak mampu menilai dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) dengan tepat, menetapkan bagian perbaikan, melaksanakan aksi dan sepenuhnya bertanggung jawab terhadap hasilnya. Tanpa banyak intervensi, Guru Penggerak sejati secara berdikari akan mampu bergerak sendiri dan menggerakkan orang lain (siswa dan guru).Â
Reflektif, adalah sebuah nilai keterampilan penting yang harus dikuasai oleh agen perubahan di bidang apapun, termasuk Guru Penggerak. Kemampuan reflektif bagaikan sebuah cermin jernih yang mampu menangkap dengan detil setiap lekuk benda dihadapannya.Â
Dengan kejernihan yang sama, bayangan tadi diposisikan secara proporsional dengan kompetensi diri dan target pencapaiannya. Kemampuan reflektif setara dengan mawas diri.
Di dalamnya terdapat ketepatan dalam mengolah umpan balik dan memantulkannya dalam aksi, bagaikan cahaya matahari menguraikan titik-titik uap air menjadi spektrum warna pelangi yang indah.
Sisanya adalah nilai inovatif dan kemampuan berbagi (kolaborasi) dengan komunitasnya. Inovasi seorang Guru Penggerak bukan melulu pada hal-hal yang berbau "high tech" namun juga hal-hal "high touch".
Seorang Guru Penggerak mampu berinovasi dalam keadaan serba terbatas dengan bahan dan alat yang tersedia di sekitarnya. Sebagai contoh, dalam pembelajaran sains, seorang Guru Penggerak harus mampu memacu inovasi saat menjelaskan konsep dan fakta ilmiah tentang klasifikasi zat berdasarkan sifatnya.
Dia harus piawai membuktikan zat bersifat asam, basa atau garam dengan indikator alami dari ekstrak umbi dan bunga, alih-alih memakai kertas laksmus.
Pada konsep dan fakta ilmiah tentang pengaruh luas permukaan terhadap gaya tekan, misalnya. Seorang Guru Penggerak harus fasih menggunakan tanah liat sebagai pengganti plastisin, uang logam, paku, mata pisau, untuk menjelaskannya.
Konsep yang ditemukan oleh para siswanya harus bisa digiring secara aplikatif, misalnya mengapa kita nyaman menggunakan tas ransel dan sepatu beralas datar (kets) alih-alih memakai high heels atau tas sandang.