f. Â Sambal Ikan Bakar Badru
Sambalnya memang jodoh sekali dengan ikan konsumsi khas Pantura, yaitu etong.  Sejenis ikan besar berlemak dan baru saya temukan di Subang.  Sambal ini ikonik sekali karena menggabungkan kecap, pasta kacang tanah, jahe, cabe rawit yang entah dengan rumus apa sehingga rasanya langsung bertaburan  melekat dalam kelana rasa saya.
g. Â Sambal Terasi Mekar Jaya dan Gepuk Marin
Cobalah terus melanjutkan perjalanan ke  arah Bandung melalui jalur Cijambe-Jalancagak-Ciater.  Anda akan menemukan sambal berwarna merah tua, beraroma terasi yang sangat kuat tapi berbeda dengan terasi hitam yang ada di jalur Pantura. Â
Sambalnya agak cair dengan konsistensi yang sangat lembut. Â Sepintas seperti tidak niat, tapi coba anda padukan dengan lalapan daun singkong rebus dan daun papaya. Â Dijamin anda tidak akan berhenti makan. Â Ketagihan tidak ditanggung!
Rumah makan Gepuk Marin ini terletak tidak jauh dari Kawasan wisata andalan Kabupaten Subang yaitu pemandian air panas Ciater. Sudah berdiri selama empat generasi. Â Makan di sini seperti terlempar ke mesin waktu, 70 atau 90 tahun yang lalu. Â Bentuk arsitektur dan perabotan makannya sungguh vintage.
Tentu saja kelana rasa persambalan yang saya tuliskan hanyalah seujung kuku dari ribuan kekayaan kuliner Indonesia. Â Seandainya nasib membawa saya berjalan lebih jauh, tentu daftarnya bisa makin panjang. Â Andai saya bisa mendapatkan sponsor untuk riset penyusunan Ensiklopedi Sambal Nusantara, sepertinya bentuk tubuh saya akan melar dan saya akan gagal diet untuk selamanya. Â Mari makan dengan sambal dan dunia akan baik-baik saja. Â Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H