Di sekolah, kami para guru harus memberikan teladan kepantasan, kesederhanaan, kekompakan, dan kerapian berbusana. Kain bermotif batik atau batik yang kami punya memang akan mencerminkan kesopanan, penghargaan terhadap budaya bangsa sekaligus membuat pemakainya terlihat makin ganteng dan cantik.
Aura motif batik memang syahdu dan membalut siapapun yang menyandangnya dalam keanggunan. Tentu saja untuk mendapatkan penampilan terbaik saat berpakaian batik, kita harus merawat warna dan motif serta kualitas kainnya agar tetap prima dengan memperhatikan cara pencucian.Â
Tidak bagus apabila kain batik yang semula cantik bersinar menjadi pudar karena salah perawatan.
Pertama, tentu saja kita harus memisahkan kain batik dengan kain jenis lainnya saat mencuci. Bolehkah dicuci memakai mesin?Â
Sebaiknya tidak, namun jika terpaksa dan tenaga sudah hampir habis, mesin cuci dengan setting paling rendah dengan durasi yang paling singkat, masih aman untuk batik.Â
Kedua, jangan pakai deterjen untuk mencuci batik kita. Cukup dengan beberapa tetes shampoo jika tidak ada sabun khusus batik.Â
Zaman dahulu, nenek moyang kita memakai buah lerak untuk mencuci batik. Kain tetap awet dan memberikan warna semu kecoklatan alami. Namun sekarang, buah lerak sudah jarang ditemukan.
Jika Anda sayang pada shampoo anda, saya sarankan mencucinya dengan sabun cair untuk badan atau sisa sabun-sabun mandi batangan yang sudah kecil dan tidak terlalu berbusa. Biasanya kami memanfaatkan serpihan sisa-sisa sabun pada bahan ukiran prakarya murid-murid di sekolah. Banyak dan dibuang sayang.
Ketiga, jangan dijemur di bawah terik matahari. Cukup digantung dan diangin-anginkan saja di pinggiran teras rumah yang teduh atau di atas mesin cuci, tentu diperas kering dahulu supaya airnya tidak menetes dan merusak mesin.
Keempat, seterikalah dengan tingkat panas rendah (nomor 2) dengan posisi terbalik. Bagian luar ditaruh di dalam, sehingga kita menyeterika kain bagian dalam.Â