Mohon tunggu...
Ony Edyawaty
Ony Edyawaty Mohon Tunggu... Guru - pembaca apa saja

hanya seorang yang telah pergi jauh dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Caraku Membuat Batik Tetap Terlihat Ayu

28 Mei 2021   23:17 Diperbarui: 30 Mei 2021   19:56 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agar tetap memancarkan warna yang cantik, kain atau baju batik juga perlu perawatan khusus|Sumber: KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA

Bagi seorang guru, kain batik tampaknya akan langsung ditemukan saat membuka lemari atau memanggil kehadirannya. Guru identik dengan pakaian batik sejak dahulu.

Sebelum batik bermodifikasi menjadi berbagai motif dan dipotong dalam model-model pakaian kekinian, Bapak dan Ibu Guru di setiap sekolah hampir di seluruh pelosok negeri sudah berbatik. 

Sebagai kain tradisional yang telah ratusan tahun dibuat dan mengalami berbagai adaptasi, batik dinyatakan sebagai warisan budaya tak benda (The Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity) sejak tanggal 2 Oktober 2009 oleh UNESCO di Abu Dhabi. Kita selayaknya bangga dengan pengakuan kelas dunia ini.

Dengan berbagai motif dan warna yang sebagian besar diambil dari bentuk-bentuk alamiah yang indah (motif tumbuhan dan hewan) sesuai karakteristik daerah penghasilnya, maka pasti akan ada satu atau beberapa motif yang cocok buat setiap orang. 

Batik, meskipun sangat terkenal berasal dari Jawa, namun ternyata dimiliki juga oleh berbagai tempat yang lain, misalnya di Sumatra, Kalimantan, dan Bali. 

Batik ada yang harganya sangat mahal dan banyak pula yang diproduksi massal dengan harga sangat murah. Bergantung pada jenis kain dan proses pembuatannya, batik meskipun mempunyai motif yang sama, mempunyai kelas pemakai yang berasal dari kalangan-kalangan yang berbeda.

Pada masa lampau, beberapa motif batik hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan, misalnya motif Sido Luhur, Kawung atau Parang Kusumo.

Namun sekarang, motif-motif ini telah mengalami asimilasi dengan budaya pop dan bercorak lebih modern dan praktis, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan para pemakainya.

Batik buat kalangan guru tentu saja bukanlah dari jenis yang mahal. Hampir tidak pernah kami memakai batik tulis asli untuk dijadikan seragam kantor atau sekolah. 

Batik kombinasi tulis dengan cap itu sudah sebuah kemewahan tersendiri. Kebanyakan dari kami memakai batik cap saja. Bahkan rerata kami membuat seragam kompakan untuk berbagai even dalam setahun memakai kain bermotif batik. 

Hanya kain katun campuran polyester atau campuran sutera sintetik (rayon) atau viskos bermotif khas batik cap pabrik yang dibeli meteran supaya semua kebagian. Namun saat sudah dijahit rapi dan dipasangkan dengan bawahan yang sesuai, namanya tetaplah baju batik.

Di sekolah, kami para guru harus memberikan teladan kepantasan, kesederhanaan, kekompakan, dan kerapian berbusana. Kain bermotif batik atau batik yang kami punya memang akan mencerminkan kesopanan, penghargaan terhadap budaya bangsa sekaligus membuat pemakainya terlihat makin ganteng dan cantik.

Sumber gambar : lifestyle.okezone.com
Sumber gambar : lifestyle.okezone.com

Aura motif batik memang syahdu dan membalut siapapun yang menyandangnya dalam keanggunan. Tentu saja untuk mendapatkan penampilan terbaik saat berpakaian batik, kita harus merawat warna dan motif serta kualitas kainnya agar tetap prima dengan memperhatikan cara pencucian. 

Tidak bagus apabila kain batik yang semula cantik bersinar menjadi pudar karena salah perawatan.

Pertama, tentu saja kita harus memisahkan kain batik dengan kain jenis lainnya saat mencuci. Bolehkah dicuci memakai mesin? 

Sebaiknya tidak, namun jika terpaksa dan tenaga sudah hampir habis, mesin cuci dengan setting paling rendah dengan durasi yang paling singkat, masih aman untuk batik. 

Kedua, jangan pakai deterjen untuk mencuci batik kita. Cukup dengan beberapa tetes shampoo jika tidak ada sabun khusus batik. 

Zaman dahulu, nenek moyang kita memakai buah lerak untuk mencuci batik. Kain tetap awet dan memberikan warna semu kecoklatan alami. Namun sekarang, buah lerak sudah jarang ditemukan.

Jika Anda sayang pada shampoo anda, saya sarankan mencucinya dengan sabun cair untuk badan atau sisa sabun-sabun mandi batangan yang sudah kecil dan tidak terlalu berbusa. Biasanya kami memanfaatkan serpihan sisa-sisa sabun pada bahan ukiran prakarya murid-murid di sekolah. Banyak dan dibuang sayang.

Ketiga, jangan dijemur di bawah terik matahari. Cukup digantung dan diangin-anginkan saja di pinggiran teras rumah yang teduh atau di atas mesin cuci, tentu diperas kering dahulu supaya airnya tidak menetes dan merusak mesin.

Keempat, seterikalah dengan tingkat panas rendah (nomor 2) dengan posisi terbalik. Bagian luar ditaruh di dalam, sehingga kita menyeterika kain bagian dalam. 

Hal ini penting agar panas seterika tidak langsung mengenai motif batik dan membuat kain menjadi pudar. 

Kelima, jangan dilipat. Simpanlah dengan menggantungnya, lengkap dengan bawahannya dan satu potong kerudung yang menjadi pasangannya.

Bagi yang berbusana Muslimah, belilah selalu kain batik lengkap dengan warna kerudung yang matching. Batik mempunyai gradasi warna yang sangat unik, jika sedikit saja kita salah mengambil warna kerudung, maka akan rusaklah keindahan motifnya saat kita kenakan. Bukannya anggun dan berkharisma malah jatuhnya terlihat ramai dan aneh.

Perlakukan satu stel pakaian batik kita sebagai satu kesatuan pakai tak terpisahkan. Batik bukan jenis pakaian yang bebas dipadu padan seperti denim atau kemeja putih. Warna dan motifnya yang kaya membuat kita harus ekstra hati-hati saat memadukan dengan bagian pakaian yang lain. 

Jika berhasil, maka batik semurah apapun akan terlihat sempurna dan berkelas. Namun sebaliknya, jika kita asal-asalan, batik termahal pun akan terjerumus menjadi pakaian murahan bahkan dikira daster untuk tidur siang di rumah. 

Selamat berbatik, selamat terlihat berkharisma, ayu, anggun, dan cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun