Mohon tunggu...
Ony Edyawaty
Ony Edyawaty Mohon Tunggu... Guru - pembaca apa saja

hanya seorang yang telah pergi jauh dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Ini dan Matinya "Ajining dhiri saka ing lathi, ajining raga saka busana"

16 Mei 2021   22:55 Diperbarui: 16 Mei 2021   22:58 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari apapun yang sedang terjadi dan seberat apapun keadaannya, maka ketiga peristiwa ini mengingatkan saya pada pendapat seseorang yang entah siapa persisnya saya lupa, tentang perselingkuhan. 

"Anda tidak dapat membenarkan perselingkuhan yang anda lakukan dengan alasan istri/suami anda kurang perhatian, tidak seperti dulu, atau kekurangan ekonomi. Anda sudah mengkhianati kesetiaan, maka anda adalah pihak yang salah, bukan pasangan anda. No playing victim."

Sebagai seorang pengajar di sekolah menengah, kata-kata kasar seperti "Goblog", "Bacot" atau "Anjing" sangat sering terdengar dilontarkan oleh murid-murid saya. 

Tentu saja secara tidak sengaja, bukan kepada saya, gurunya dan sifatnya bukan dalam situasi saat kelas berlangsung. Pada jam-jam pelajaran yang kosong atau istirahat, bertaburanlah kata-kata sakti tersebut sebagai respon interaksi dengan teman-temannya. 

Tentu saja sebagai pendidik, saya selalu merespon dengan menghampiri dan menegurnya, sementara biasanya pelaku akan segera minta maaf dan merasa malu. 

Diiringi suara teman-teman yang mentertawakannya, dia berjanji tidak akan mengulangi lagi. Biasanya belum lima belas menit, muncul lagi pelaku pelontar kata-kata sakti itu. Saya segera merespon dan mengingatkannya, begitu terus sepanjang hari sepanjang semester dan sepanjang tahun pembelajaran.

Makin hari, pelontaran kata-kata makian di kalangan murid-murid saya di sekolah, terasa makin sering. Terkadang saat mengintip bahasa mereka di sosial media, saya hanya bisa mengelus dada. Sudah separah inikah mereka dalam merendahkan diri dengan berkata kasar? Tidak heran Google sempat menyebutkan netizen Indonesia sebagai pelaku interaksi dunia maya yang paling tidak sopan/kasar.

Namun demikian, segila-gilanya kata-kata kasar semacam "Goblog, Bacot, Anjing", di kalangan anak-anak muda terutama di sekolah masih bisa dipahami sebagai sesuatu yang harus terus diproses dalam lingkungan pendidikan. 

Dibenahi, dikoreksi, diingatkan dan terus dikawal dengan pendidikan budi pekerti yang baik. Mendidik di masa muda akan memberikan efek seperti mengukir di atas batu. 

Saya yakin, murid-murid yang kerap berkata kasar dahulu di sekolah dan ditegur gurunya, akan selalu ingat sampai dewasa dan menjadi orang tua.

Bagaimana dengan peristiwa ketiga ibu ini? Suatu hal yang bagi saya sungguh teramat miris. Sudah merupakan suatu perbuatan tidak layak dan pantas untuk dilakukan, ditinjau dari sudut manapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun