Setelah menjadi buah bibir masyarakat karena kehebatannya dalam segala hal, Vinsen ingin menjadi seorang wakil rakyat dan ingin mendaftarkan diri dalam pemilu Legislatif 2014-2019 dengan misi ingin menjawab semua keluh dan kesah masyarakat yang selama ini minim akan pembangunan.
"Pak, apa yang bapak pikirkan?".. "Kopinya sudah ibu siapkan" (sambil meletakan segelas kopi di samping Koran suaminya)
"Begini Bu, Bapak ingin mencalonkan diri dalam pemilu legislatif tahun ini"
"Bapak yakin? Kita harus membutuhkan modal yang besar pak"
" Tidak perlu berpikir tentang itu. Sebab masyarakat ada di belakang bapak"
"Dari Bapak saja". "Ibu doakan yang terbaik". "Diminum kopinya Pak, setelah itu ke ruangan makan. Anak-anak sudah menyiapkan makanan" ( sambil meninggalkan suaminya)
Yang Terjadi
   Setelah sarapan bersama keluarga, dengan profesinya sebagai penulis, Vinsen kembali ke meja kerjanya dengan membawa selembar Koran yang pagi itu baru didapatnya. Di halaman pertama Koran itu menuliskan tentang desanya yang sangat tertinggal dalam pembangunan baik dari infrastruktur maupun ekonomi.
"Desa saya memang sangat tidak dipandang". "Siapa yang harus mengubah semuanya ini?" "Sementara jika di perhatikan secara baik, desa ini memiliki potensi wisata yang cukup banyak tapi mengapa infrastruktur desa ini seperti bayi yang belajar merangkak?" (Pikir Vinsen sambil meletakan koran itu di laci kiri mejanya)
(Tok..tok..) "Pak ada tamu" (Â istrinya memanggil sambil mengetuk pintu ruang kerja suaminya)
"Ia Bu"....
Dengan wajah yang masih dalam kebingungan setelah membaca berita dalam selembar Koran itu, vinsen pun keluar dari ruang kerjanya untuk menemui tamu yang tak pernah dipikirkannya
"Selamat pagi Pak"
"Selamat pagi pak." "Maaf sudah mengganggu waktunya". "Langsung saja pak, saya dari tim kemenangan Partai, atas perintah atasan membawa surat undangan ini untuk bapak". "Semoga undangan ini diindahkan pak"
"Terima kasih pak, semoga saja isinya baik-baik saja" (Sambil menerima surat undangan itu)
     Dengan penuh penasaran ketika malam sebelum makan bersama keluarga, vinsen menyempatkan waktu untuk membaca surat undangan itu di ruang kerjanya. Isi surat undangan itu, meminta Vinsen untuk bergabung bersama dalam satu partai politik yang dulunya Vinsen pernah menjadi tim sukses dari salah satu calon dewan dari partai itu.
"Akhirnya jalan panjang ini sedikit terbuka". "Semoga saja terus terbuka" (pikirnya sambil tersenyum lalu keluar dari ruang kerjanya)
"Senyam-senyum sendiri". "Ada apa pak?"
"Ayah lagi jatuh cinta ya?"(Tanya anak sulungnya)
(Vinsen pun tetap diam)
"Nak bapakmu sudah menikahi ibu". " Tidak mungkin dia jatuh cinta lagi"
"Heheh maaf bu". "Gurauan saja"
"Benar". "Ayah sedang jatuh cinta" (jawab Vinsen)
"Apa ?" " jadi bapak selama ini," (istrinya menyambar)
"Sttt... "Bapak jatuh cinta dengan doa-doa kita selama ini" ( jawab Vinsen dengan santai)
"Ihhh bapak". "Tidak lucu". "Sebenarnya ada apa pak?"( sambar istrinya)
Malam itu Vinsen menceritakan tentang undangan itu kepada istrinya dan dia bersedia bergabung bersama partai politik dalam undangan itu.
"Semuanya kembali kepadamu Pak dan juga masyarakat". "Jangan membuat mereka kecewa" (istrinya berharap)
"Iya Bu". "Bapak ingin mengubah wajah desa kita ini. Lihat desa tetangga kemajuan sangat besar". "Sampai- sampai jalan untuk tikus di aspal kan Bu". "Bapak hanya ingin menjawab persoalan masyarakat kita".
"Ibu percaya pak". "Bagaimana calon dewan di desa tetangga pak?" "Katanya dia akan menang di wilayah kita ini".
"Semuanya tergantung nurani para pemilih Bu". "Jika memang dia menang kita memberi semangat dan dukungan untuknya". "Tapi kalau bapak menang, bapak akan mengundangnya untuk menjadi orang terpenting dalam kedinasan bapak".
Dari niat yang luar biasa dari kekosongan dan ketidak terlihatan sampai pada pertemuan Vinsen dengan salah satu partai politik, Vinsen pun terpilih menjadi salah satu calon legislatif periode 2014-2019. Setelah dipilihnya Vinsen menjadi salah satu calon legislatif, istrinya selalu mendoakan kelancaran dari segala harapan suaminya sampai pada suatu malam terdengar di telinga Vinsen untaian doa istrinya yang membuatnya menangis di dalam sarung penghangat tidur malamnya.
"Terima kasih Bu" (ucap Vinsen dengan suara yang halus dengan tanpa sadar air matanya menembus kelopak-kelopak matanya)
Sebulan kemudian persiapan kampanye mulai mendesak untuk harus diadakan
"Pak bagaimana dengan kampanye esok segala persiapan sudah matang?"
"Tenang Bu lihatlah malam ini pendukung kita penuhi rumah kita ini tanpa kita undang". "Itu tandanya kita tidak jalan sendiri Bu". "Yang paling penting Bu, kita selalu bersikap baik kepada mereka dan selalu mendengar permintaan mereka apabila bapak terpilih menjadi dewan perwakilan rakyat" . "Tentu mereka tahu kepada siapa harapan mereka disalurkan?" "Tetap tenang ya Bu". "Doa ibu, bapak harapkan" ( jawab Vinsen sambil memeluk istrinya)
Hari yang ditunggu-tunggu kini sudah di depan mata. Lautan manusia memadati lapangan untuk menyaksikan sambil mendengar visi-misi dari pak Vinsen.
"Yang paling terpenting saya ingin mengubah keadaan wilayah kita ini dari kecamatan sampai pada kemajuan desa". "Lihatlah selama ini desa kita dalam ketertinggalan. Saya ingin mengubah semuanya itu dalam tugas jika saya terpilih" ( ungkap Vinsen membunuh keraguan masyarakat dan membuat masyarakat lebih percaya karena ucapan itu adalah titik fokus permasalahan)
"Hidup Vinsen".."hidup Vinsen".."hidup Vinsen" (teriak pendukung yang mengenakan kaos yang bertuliskan Vinsen lantik)
Tidak lama kemudian calon dewan dari desa tetangga datang dengan menyamar menjadi seorang penjual kripik pisang. Namun hal itu diketahui Vinsen ketika tim suksesnya memberitahukan itu kepada Vinsen. Namun Vinsen tidak terbawa dalam emosi dia hanya meluapkan itu dalam kata-kata yang penuh kritikan.
"Di daerah pilihanmu kau jayakan jalan bagi tikus untuk merenggut padi-padi para petani". "Di sini daerah pilihanmu juga, tapi kenapa kami kau pojokkan tanpa kau perhatikan sedikit pun". "Berhentilah menyamar kawan" (tutup Vinsen dalam pidatonya)
"Hidup dan lantik Vinsen" (teriak para pendukung Vinsen sambil meninggalkan tempat kampanye dan berarak menuju rumah calon wakil mereka)
Yang terjadi dengan calon dewan dari desa tetangga adalah memberi berita yang buruk kepada masyarakat agar semuanya tidak memilih Vinsen.
"Selamat sore semuanya" ( dia menyapa masyarakat yang berkumpul di pertigaan jalan)
"Sore juga Pak" ( jawab warga dengan serempak)
"Begini pak, jangan pernah memilih Vinsen menjadi calon wakil rakyat"
"Memangnya kenapa pak ?" "jangan pernah memengaruhi nurani kami pak" ( jawab salah seorang dari mereka )
"Vinsen hanya ingin menjadi kaya saja". "Dia tidak sebenarnya tidak mampu untuk menjadi DPR"
"Mungkin bapak sendiri yang tidak mampu melawan Vinsen". "Dari cara berbahasanya tidak layak sebenarnya menjadi calon DPR" ( jawab seorang warga lalu meninggalkan calon DPR desa tetangga sendirian)
"Sial".. "rencana ku gagal" ( sambil menepuk dahinya)
    Hari pencoblosan telah tiba. Masing-masing calon menyiapkan diri untuk ke TPS dengan dikawali pendukung yang setia berjalan kaki di bawah mendung. Dari segi jumlah, pendukung yang terbanyak adalah dari pihak Vinsen sementara dari calon pertahanan itu hanya sedikit saja.
"Selamat pagi pak", (Vinsen mendekati Ande calon DPR desa tetangga itu)
"Pagi juga" ( jawab Ande sambil meninggalkan pak Vinsen)
"Huuuuuuuuuu"".... (teriakan pendukung Vinsen )
"Tenang semuanya jangan pernah begitu" (saran Vinsen untuk pendukungnya)
"Setelah waktu pemilihan ditutup dan semuanya mengelilingi TPS untuk mendengarkan penghitungan surat suara. Semuanya mengucap
Lantikkkkk (ketika menyebut nama Vinsen ) dan juga
Lantikkkk ( ketika menyebut nama Ande)
Itu semua ide dari para pendukung tanpa diketahui para calon.
Namun kondisi itu akan tidak kondusif lagi jika tidak saling mengerti. Vinsen mengambil tindakan dengan membisik ke salah satu pendukungnya agar tidak terbawa emosi.
"Kita tetap tenang dan jangan terprovokasi" (bisik Vinsen)
Hasil yang ditunggu mulai merangsang hati ketika semuanya selesai. Ketika KPPS menyebut Vinsen meraih suara 2.235 dan Ande meraih suara 1.125. semua pendukung Vinsen bersorak gembira namun Vinsen sendiri belum puas karena hasil dari kecamatan belum ada.
Beberapa jam kemudian pihak kecamatan mengumumkan calon yang terpilih berdasarkan jumlah suara. Dan urutan satu diraih Vinsen. Semua pendukung merasa senang atas terpilihnya Vinsen dengan harapan desa mereka akan maju.
'Selamat ya pak". (ucap istrinya sambil dipeluknya)
"Terima kasih Bu". "Ini semua berkat doa ibu".
    Dari acara pelantikan sampai pada menjalankan tugas. Vinsen menyempatkan diri untuk menjumpai partai yang menjadi bagian dalam tugas-tugasnya. Apresiasi partai untuknya sangat diharapkan untuk mendukung segala rencana dalam tugas yang diemban. Beberapa bulan kemudian setelah dilantik, desanya mulai dibangun dengan cara yang sudah ditentukan. Masyarakat pun senang dengan kemajuan-kemajuan nyata di daerah mereka.
"Wah akhirnya desa kita menjadi maju". "Lihatlah tak ada lagi kubangan kerbau di tengah jalan". "Dan listrik sudah bisa kita nikmati sekarang". "Ternyata indah juga desa kita"(ucap salah seorang warga di tengah pekerjaan mereka membangun taman buku)
Keberpihakan Vinsen tak hanya membangun desanya namun dia membangun seluruh wilayah di kecamatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Semua mengenal dirinya dan Ande bertekuk atas perintahnya karena telah menjadi penasihat utama Vinsen.
"Pak, saya tidak pernah melihat kehebatan bapak selama ini. Dan saya tidak pernah mengharagai bapak selama ini. Saya minta maaf Pak" (Ungkap Ande dengan nada sesal)
" Saya tidak perlu diperlihatakan bentuk dan wujudnya". "Namun kenyataan yang perlu diperlihatkan" semuanya tergantung seberapa besar kehebatan itu kau tangguhkan. (jawab Vinsen sambil memeluk Ande dengan segala kehormatan yang utuh)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI