"Selamat sore semuanya" ( dia menyapa masyarakat yang berkumpul di pertigaan jalan)
"Sore juga Pak" ( jawab warga dengan serempak)
"Begini pak, jangan pernah memilih Vinsen menjadi calon wakil rakyat"
"Memangnya kenapa pak ?" "jangan pernah memengaruhi nurani kami pak" ( jawab salah seorang dari mereka )
"Vinsen hanya ingin menjadi kaya saja". "Dia tidak sebenarnya tidak mampu untuk menjadi DPR"
"Mungkin bapak sendiri yang tidak mampu melawan Vinsen". "Dari cara berbahasanya tidak layak sebenarnya menjadi calon DPR" ( jawab seorang warga lalu meninggalkan calon DPR desa tetangga sendirian)
"Sial".. "rencana ku gagal" ( sambil menepuk dahinya)
    Hari pencoblosan telah tiba. Masing-masing calon menyiapkan diri untuk ke TPS dengan dikawali pendukung yang setia berjalan kaki di bawah mendung. Dari segi jumlah, pendukung yang terbanyak adalah dari pihak Vinsen sementara dari calon pertahanan itu hanya sedikit saja.
"Selamat pagi pak", (Vinsen mendekati Ande calon DPR desa tetangga itu)
"Pagi juga" ( jawab Ande sambil meninggalkan pak Vinsen)
"Huuuuuuuuuu"".... (teriakan pendukung Vinsen )