Zuni Rahmah Dewi, owner Prima Sasirangan Kota Banjarmasin bersama empat mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor melakukan edukasi dan pelatihan pembuatan eco enzyme kepada kelompok pembuat kain sasirangan di Desa Hukai (20/9).Â
Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pembuangan limbah bekas pewarnaan kain sasirangan yang terbuat dari bahan kimia. Dengan menambahkan dosis tertentu cairan eco enzyme pada limbah bekas pewarnaan kain sasirangan, bahan kimia yang terkandung di dalamnya akan mudah diuraikan oleh mikroorganisme sehingga mengurangi dampak polusi kepada lingkungan.Â
Pembuatan cairan eco enzyme hanya memerlukan tiga buah bahan yaitu gula merah (gula aren, tebu, kelapa, lontar) atau molase, semua jenis buah/sayuran dengan syarat: masih mentah, tidak kering, tidak keras, tidak berlemak (jangan gunakan daging alpukat, durian, kelapa, dsb), tidak busuk, tidak berjamur, dan tidak berulat serta air bersih (air hujan, air sumur, air PAM, air galon, air buangan AC).Â
Perbandingan antara tiga bahan tersebut adalah 1:3:10 yaitu 1 bagian gula, 3 sisa buah/sayuran, dan 10 bagian air sedangkan alat yang diperlukan adalah wadah plastik tertutup, pisau, talenan, timbangan, alat tulis (pulpen/spidol), dan botol plastik bekas.
Cara menakar bahan dengan perbandingan 1:3:10 yaitu menyesuaikan dengan volume wadah yang digunakan terlebih dahulu. Pada pelatihan di Desa Hukai ini memakai wadah tertutup dengan volume 5 liter. Jumlah air bersih maksimal yang diperlukan adalah 60% dari volume wadah.Â
Oleh karena itu, 60% dari 5 liter volume wadah adalah 3 liter air. Jadi, air bersih yang diperlukan untuk wadah dengan volume 5 liter adalah 3 liter air. Untuk memudahkan pada saat penimbangan, satuan liter ini dapat diubah menjadi kilogram yaitu 3 liter air sama dengan 3 kilogram air.Â
Setelah menentukan jumlah air bersih, selanjutnya kita menentukan jumlah gula. Gula yang dipakai adalah gula aren dengan perbandingan 1:10 dengan air bersih yaitu 3 kg air dibagi dengan 10 yaitu 0,3 kg atau sama dengan 300 gr gula aren.Â
Kemudian, untuk menentukan jumlah sayuran dan buah yang diperlukan yaitu dengan perbandingan 3:1 dengan jumlah gula aren yaitu sebesar 300 gr dikalikan dengan 3 yaitu 900 gr buah dan sayur. Buah dan sayur yang dipakai adalah kulit mangga, kulit semangka, kulit pisang, batang kangkung dan daun singkong. Buah dan sayur ini harus dicuci bersih terlebih dahulu agar kotoran yang menempel dapat menghilang.
Setelah proses penakaran bahan selesai, langkah selanjutnya adalah proses pembuatan eco enzyme yang dimulai dengan memasukkan air bersih berupa air sumur ke dalam wadah. Lalu memasukkan gula aren yang sudah dipotong kecil dan aduk rata hingga terlarut dalam air. Gula aren berfungsi sebagai sumber gula bagi bakteri untuk melakukan fermentasi.Â
Kemudian, masukkan buah dan sayur yang telah dipotong-potong kecil agar bakteri dekomposer yang terkandung di dalamnya lebih teraktivasi. Setelah semua bahan tercampur, tutup rapat wadah agar udara luar tidak masuk. Beri label tanggal pembuatan dan simpanlah di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung.Â
Jika wadah menggembung pada minggu pertama, penutup  wadah dapat dibuka selama beberapa detik untuk membuang gas yang terbentuk. Pada minggu ketiga, periksa kembali keadaan larutan. Jika terdapat bahan organik mengambang diatas permukaan air, maka aduk larutan agar semua bahan terkena cairan. J
ika ada belatung, larutan berwarna hitam atau berbau got, dan terdapat jamur hitam, abu-abu, atau hijau, maka lakukan perbaikan pada larutan dengan cara membuang belatung dan jamur-jamur tersebut lalu diaduk rata.Â
Kemudian perbaiki kerapatan penutup wadah dan pindahkan lokasi penyimpanan di bawah sinar matahari pagi selama 30 menit selama 2-3 hari. Pada hari ke-7 sejak penjemuran, jika masih terdapat bau got dan jamur hitam/hijau, beri gula sesuai takaran awal pada larutan, lalu tambahkan waktu fermentasi selama 1 bulan.
Setelah satu bulan, wadah sebaiknya tidak dibuka sama sekali agar mikroba bekerja dengan baik pada kondisi minim oksigen (anaerob). Proses fermentasi larutan eco enzyme pada bulan pertama menghasilkan alkohol, bulan kedua menghasilkan cuka, dan bulan ketiga menghasilkan enzim. Pada bulan ketiga ini larutan eco enzyme sudah bisa dipanen dengan cara disaring, dan disimpan pada botol tertutup.Â
Warna dan aroma larutan eco enzyme yang dihasilkan sangat bergantung pada jenis gula dan bahan organik yang digunakan. Takaran larutan eco enzyme pada limbah kain sasirangan adalah 3 tutup botol larutan eco enzyme untuk 5 liter air limbah pewarnaan kain sasirangan. Setelah dicampurkan, limbah ini sudah aman untuk dibuang ke lingkungan.Â
Selain itu, ampas eco enzyme pasca panen dapat digunakan untuk membersihkan saluran kloset, tambahan di pembuatan eco enzyme baru (tidak dihitung sebagai bahan), mengusir tikus, pengharum mobil, pupuk tanaman organik, dan sebagai campuran kompos. Harapannya, adanya pelatihan pembuatan eco enzyme ini dapat efektif dan berkelanjutan membantu mengurangi dampak negatif limbah pewarnaan dalam industri pembuatan kain sasirangan di Desa Hukai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H