Kemudian, masukkan buah dan sayur yang telah dipotong-potong kecil agar bakteri dekomposer yang terkandung di dalamnya lebih teraktivasi. Setelah semua bahan tercampur, tutup rapat wadah agar udara luar tidak masuk. Beri label tanggal pembuatan dan simpanlah di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung.Â
Jika wadah menggembung pada minggu pertama, penutup  wadah dapat dibuka selama beberapa detik untuk membuang gas yang terbentuk. Pada minggu ketiga, periksa kembali keadaan larutan. Jika terdapat bahan organik mengambang diatas permukaan air, maka aduk larutan agar semua bahan terkena cairan. J
ika ada belatung, larutan berwarna hitam atau berbau got, dan terdapat jamur hitam, abu-abu, atau hijau, maka lakukan perbaikan pada larutan dengan cara membuang belatung dan jamur-jamur tersebut lalu diaduk rata.Â
Kemudian perbaiki kerapatan penutup wadah dan pindahkan lokasi penyimpanan di bawah sinar matahari pagi selama 30 menit selama 2-3 hari. Pada hari ke-7 sejak penjemuran, jika masih terdapat bau got dan jamur hitam/hijau, beri gula sesuai takaran awal pada larutan, lalu tambahkan waktu fermentasi selama 1 bulan.
Setelah satu bulan, wadah sebaiknya tidak dibuka sama sekali agar mikroba bekerja dengan baik pada kondisi minim oksigen (anaerob). Proses fermentasi larutan eco enzyme pada bulan pertama menghasilkan alkohol, bulan kedua menghasilkan cuka, dan bulan ketiga menghasilkan enzim. Pada bulan ketiga ini larutan eco enzyme sudah bisa dipanen dengan cara disaring, dan disimpan pada botol tertutup.Â
Warna dan aroma larutan eco enzyme yang dihasilkan sangat bergantung pada jenis gula dan bahan organik yang digunakan. Takaran larutan eco enzyme pada limbah kain sasirangan adalah 3 tutup botol larutan eco enzyme untuk 5 liter air limbah pewarnaan kain sasirangan. Setelah dicampurkan, limbah ini sudah aman untuk dibuang ke lingkungan.Â
Selain itu, ampas eco enzyme pasca panen dapat digunakan untuk membersihkan saluran kloset, tambahan di pembuatan eco enzyme baru (tidak dihitung sebagai bahan), mengusir tikus, pengharum mobil, pupuk tanaman organik, dan sebagai campuran kompos. Harapannya, adanya pelatihan pembuatan eco enzyme ini dapat efektif dan berkelanjutan membantu mengurangi dampak negatif limbah pewarnaan dalam industri pembuatan kain sasirangan di Desa Hukai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H