Merma'id mengendap-endap di balik rak bertingkat. Sedang mencari sesuatu. Sudah dua kali mengitari dua rak etalase yang saling memunggung.
"Mencari apa Pak?" tanya penjaga toko dari arah belakang.
"Anu..Bu...racun tikus. Di sebelah mana ya?" sahut Merma'id cepat.
Ibu setengah baya penjaga toko kelontong agak moderen, segera mengarahkan ke rak yang berbeda. Saat Merma'id akan mengambil racun dimaksud, pandangannya tertahan. Oleh tulisan yang dirasakan unik dan nyeleneh.
Tulisan berspidol gelap ditempel di dinding belakang dekat pintu bagian bawah. Hurufnya kecil-kecil tapi masih terbaca. Merma'id geleng-geleng kepala dan menyunggingkan senyum.
Menyadari tulisan unik itu terbaca oleh pengunjung, sang Ibu penjaga toko langsung mengacungkan jempol. Sembari berkata, "Kapan-kapan boleh dicoba Pak, lumayan..."
Belum selesai kalimatnya, seekor tikus besar santai melintas keluar dari bawah rak menuju pintu belakang.
Merma'id melongo. Ibu penjaga tersenyum tenang. Seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak kaget apalagi meloncat meringkik. Seperti yang pernah terjadi di tempat kerja Merma'id. Jelas, baru saja ia melihat seekor tikus.
"Ah..Ibu tadi lihat tikus itu khan?" tanya Merma'id serius.
"Iya..tadi itu memang tikus. Tikus yang bodoh...," sahutnya ringan.
"Memang ada tikus pintar?"