Seberapa yakin negeri ini di saat wabah Covid yang tak kasat mata, mengetuk pintu tetangga untuk sekedar membeli sayurnya? Itulah yang sudah terjadi. Miris bukan?
Kalaupun sebenarnya produksi sayur dalam negeri cukup dan hanya terkendala distribusi, ya segera bereskan itu. Kalaupun ada mafianya, segera babat. Kalau tidak mampu, kembali kepada saran Ibu Susi, jangan beli sayur impor. Belilah pada petani sendiri. Atau petik dari halaman belakang rumah.
Tentu bukan berarti kita semua harus menanam sayur. Kita bukan negeri komunis. Negeri komunis saja tidak seperti itu. Alangkah bodohnya kalau itu sampai terjadi.
Mengapa bodoh? Karena Ibu Susi tentu tidak bermaksud seperti cuitan di media sosial itu. Itu adalah bentuk kekesalan beliau pada penyelenggara negara. Mengapa hanya sekedar sayur saja sampai impor?
Gayung Marhaen itu Bersambut.
Setelah hampir 75 tahun negeri ini merdeka, akhirnya gayung akan ide Marhaen itu bersambut.
Kalau saja tiap-tiap insan negeri menyadari pentingnya pemikiran Marhaen terutamanya para penyelenggara negara, tentu ajakan presiden Jokowi untuk hidup berdamai dan berdampingan dengan Covid-19 akan diterima tanpa gunjingan berarti.
Seluruh rakyat negeri akan merasa aman. Kebutuhan dasar hidup terpenuhi. Hantaman Covid-19 ini tentu bak senggolan saja pada pinggang Samson Betawi. Tidak sampai membuatnya oleng. Apalagi rubuh.
Tidak, itu tidak akan pernah terjadi. Justru kisah kasih Marhaen dan Covid akan menjadi legenda hingga akhir masa. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H