Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor | MLM, Rothschild, Corona, dan Jamu

10 Maret 2020   13:03 Diperbarui: 10 Maret 2020   15:58 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marxisme, Leninisme, dan Maoisme boleh jadi sudah merupakan sebuah formula ideologi yang ampuh. Di depan mata bukti itu terpampang lugas. China, sebuah negeri yang berpondasikan formula ideologi tersebut, sudah merasakannya. 

Uni Soviet pernah memakai formula ini. Sanggup bertahan puluhan tahun sebelum pemimpinnya, Mikhail Gorbachev mengutak-atik formula tersebut dengan sekeping ide angin perubahannya, Perestroika. Dan bangunan negara Uni Soviet benar berubah menjadi berkeping-keping.

Nun jauh di alam sana, dalam dingin yang menusuk tulang, entah neraka entah sorga entah tersesat, Lenin mencolek Marx, "Eh lu sudah tau belum si Mao ngembangin pikiran kita. Lihat tuh China jadi perkasa begitu."

"Akh... Pikiran kita.. Bisa aja lu.. Yang ada mah pikiran beta.. China entu nerapin pikiran beta... elu juga ngikut pikiran beta.. Heh!" sungut Marx sembari mencocoki cangklongnya dengan tembakau jawa.

"Lha negeri lu sendiri bagaimana? Pecah berkeping-keping tak karuan..," lanjut Marx sambil menghembuskan gumpalan asap tembakau. Dia belum mengetahui kalau gumpalan asap itu bisa dibentuk menyerupai lingkaran. 

Tiba-tiba mereka berdua terdiam. Deru limousine tepat berhenti di depan meja bertaplak lusuh yang mereka kitari.

Turun dengan bertongkat. Lelaki uzur bertopi tinggi. Seraya berucap, "Eh elu.. elu..pada ngomongin aye ya?" seru Mayer Rothschild sang kuasa uang planet bumi.

Marx dan Lenin saling toleh. Kemudian terbahak dalam tawa.
"Haaa.. Haha.. Siapa nyang ngomongin elu..hey.. mata duitan..ngapain juga elu ke sini hah? Emang di sana elu berantem rebutan duit lagi ya?" ujar Lenin menebak.

"Aye ke sini buat ngomongin corona. Pusing aye.. Duit tidak berputar. Cucu cicit aye pada keblinger semua..," ujar Mayer terdengar seperti mengadu.

"Lha bukankah elu ahlinya masalah putar memutar duit. Bikin tepar sebuah negeri bak membalikkan telapak tangan saja buat lu..," ujar Marx dengan suara serak. Sejak pagi belum kena cairan kopi panas. 

"Hey... Karel...Masalahnya bukan itu.. Corona yang ada sekarang menyebabkan tak ada perpindahan barang. Semua pada menutup diri. Bagaimana duit bisa berputar?..dasar manusia pikiran proletar!" gusar Mayer menyahut dengan menghentak-hentakkan tongkat berkepala naga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun