Semangat, keberanian dan kesigapan sejatinya kuranglah komplit. Apalagi terjun dalam usaha yang langsung bersentuhan dengan konsumen. Pengalaman nyata sungguh diperlukan. Setidaknya latihan.
Sampai pada hari kedua di terik siang, datang seorang bapak bertopi FoX menuntun sebuah sepeda motor laki. Ban belakangnya terlihat kempes.
Samudji sigap menyambut.
"Ditambal Pak?"
"Oh..iya mas..tolong ditambal.." sahut sang bapak sembari menarik kursi duduk menghadang sepoi angin.
Samudji cepat mengambil alat. Langkah kerjanya terlihat benar. Ini pertama kalinya dia menambal ban. Seumur hidupnya dia hanya melihat saja. Mungkin dia pemuda cerdas. Dengan melihat saja, dia pikir akan berjalan mulus.
Ban sudah kondisi kempes. Angin sudah keluar. Samudji terlihat berusaha keras mengeluarkan sisi ban luar dari peleknya. Dengan dua buah pengungkit rupanya sudah benar. Seperti yang sering dia lihat.
Keringatnya mulai bersemi. Bermenit-menit berlalu. Ban luar belum juga keluar dari peleknya. Bapak bertopi FoX mulai gelisah. Dia mendekat. Menatap Samudji penuh risau. Merasa diperhatikan, gerakan Samudji semakin mantap dan tegas. Tapi ban seperti enggan keluar.
"Bagaimana mas..bisa apa tidak?" ucap sang bapak terdengar bagai petir menyambar di siang bolong.
"Oh..bisa Pak..harusnya ini bisa..sabar Pak.. ban ini...," belum selesai kalimatnya, satu pengungkit yang terjepit pada pelek, lepas terpelanting keras memutar-mutar bak gangsing di udara hingga jatuh ke seberang jalan. Beruntung jalanan sepi.
Bapak bertopi Fox ternganga terbelalak. Baru kali ini dia melihat tukang tambal ban menyuguhkan atraksi menyengat.
Emak Yah, penjual soto di seberang jalan, histeris berteriak. Pengungkit itu menyambar hampir mengenai kepalanya yang sedang membungkuk memenggal kelapa muda.
"Hadduuuhhh maaass... Piyeee kowee..? Mbok kerjo sing benneerrr...hampirr modiaarr akuu.."