Dari bara semangat yang ditunjukkan, dan aroma minyak wangi yang menggugah itu, bisa saya terka berapa dana yang sudah disetor. Ini membuat saya merinding lagi. Apalagi saya sadar seberapa kemungkinannya hanya untuk sekedar balik modal.
Karena saya yakin OJK, Otoritas Jasa Keuangan tentu suatu saat akan mendeteksi usaha kumpul dana ini. Kalau Memiles mengantongi izin, tentu tidak masalah. Bagaimana kalau tidak?
Malam itu berlalu lempeng. Tidak ada pertentangan berarti. Materi kuliah saya terima dengan sangat baik. Saya tidak memberi kepastian untuk ikut ataupun tidak.
"Wah ini sangat menarik. Tetapi saya mesti timbang dengan cermat. Kalau saya akan ikut tentu tidak ke mana-mana," ucap saya malam itu sebelum sang bapak mengepalkan tinju sebagai tanda kejayaan yang bertalu-talu.
Gayung Tak diharap Bersambut
Keesokan harinya, mendekati tengah hari, sang bapak berkulit putih bersih itu tergopoh-gopoh memasuki warung. Tangannya menggenggam gawai. Saya yang sedang duduk di gudang dari kejauhan melambai.
Baru dua langkah menjejak ubin warung, dia sudah berteriak.
"Hey..hayo..berapa nomer Hp-mu? Agar bisa segera daftar."
Entah dari mana datangnya pikiran, mulut saya serta merta menyahut, "Ah..tidak menarik Pak. Saya tidak jadi ikut. Biarlah saya berkelahi dengan cara sendiri mengatasi hutang-hutang saya itu."
Sempat kaget satu dua detik. Mungkin prediksinya meleset. Sigap dia berujar setengah berteriak, "Oh gitu ya.. Okay.. Jangan nyesel ya.."
Dia langsung balik kanan. Langkahnya terlihat cepat dan panjang. Hilang di balik tumpukan beras.