Serta merta dilihatnya Kobin. Posisinya masih seperti tadi siang. Tetapi kedua tangannya sekarang meregang. Matanya masih tepat menyorot Mukhson.
Mukhson balas mendelik. Kedua tangannya mengepal tinju. Gerakannya dibuat bak siap berkelahi. Kakinya menendang-nendang. Dadanya membusung. Sekali sempat kepalannya meninju-ninju angin.
"Hayo kita berkelahi. Kapan lagi hah!" serunya dalam hati.
Sekilas matanya menangkap mata kaki kanan Kobin menggeleng. Mukhson mendekat. Berkacak pinggang. Matanya menyerang Kobin. Berjingkrak-jingkrak. Dia belum sadar. Tiba-tiba..
"Apa kau..?! Berani kau ya..?" jerit Kobin. Seakan bangkit dari kubur.
Mukhson kaget setengah mati. Badannya mencelat. Berbalik arah. Menubruk Rasuli yang sedang membawa semangkuk mie instan panas.** (putus--iklan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H