Mohon tunggu...
Buchari Fadli
Buchari Fadli Mohon Tunggu... -

Pembelajar Sejati, Penyuka Musik, Film, Sastra, Filsafat, Budaya, dan Pemeluk agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran Hidup, di Lapo Tuak Bang Jabat

31 Agustus 2016   00:42 Diperbarui: 31 Agustus 2016   01:37 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“kemaren sih , mereka ngobrolnya disini wak, makanya gw tau, katanya ini proyek demo dinas,” ujar bang jabat sambil menggaru-garuk pahanya yang gatal sebab habis digigit tungau sewaktu ia tidur di kosan kawannya kemarin malam. 

“proyek demo dinas gimana sih” Tanya wak ijon semakin penasaran. 

“gini wak, ican disuruh ngumpulin anak-anak untuk demo di dinas bina marga, peranak di bayar 50 ribu lepas makan, lepas rokok juga, terus ican , yang ngumpulin di kasih sekitaran 250 ribuan lah, karena dia koordinatornya,” terang bang jabat sambil menuangkan tuak ke gelas wak ijon. 

“kog ican mau ya diajak demo demo gitu, padahal kan bapaknya ican itu, orang berduit, punya usaha warung bakso yang besar, apalagi ican mantan anak organisasi mahasiswa, katanya dulu kalau demo-demo dibayar gitu sama aja kayak pelacur,” timpal wak ijon sambil meneguk hampir setengah gelas tuak. 

“ya katanya sih wak, ican itu mau belajar,  dia pengen dikader sama ketua LSM yang demo itu, siapa tau nanti bias jadi kontraktor dan bias jualan proyek, dia pernah bilang gitu sama ane, ya baru sebulanan ini lah,” jawab bang jabat. 

Tak lama kemudian terdengar suara mobil dengan knalpot besar mendekati lapo tuak bang jabat, rupanya mobil tersebut adalah mobil angkot yang dipenuhin dengan bendera serta penuh dengan penumpang, angkot tersebut kemudian berhenti di depan lapo bang jabat, tak lama kemudian seorang pemuda turun sembari melambaikan tangan kearah angkot yang kembali berjalan, setelah pemuda tersebut mendekat ke lapo, barulah wak jijon dan bang jabat mengenali, jika pemuda itu adalah ican .

“wak, bang, lagi minum ya, gua gabung ya bang, nebeng dululah gw ya wak, gg ada duit,” ujar ican yang sedang “ngos-ngosan”  bernafas. 

“wih , abis cair geh nebeng lu ini can, gimanalah,” jawab bang jawab singkat. 

“cair apaan wak, malahan hampir di sel polisi, makanya ini pulang malem, mana gw ketempuhan , bayar anak-anak tadi sekitar 20 orangan,” ucap ican mengeluh. 

“kog bisa gitu , kata bang jabat barusan lu mau dibayar 250 ribu, karena jadi coordinator yang ngumpulin orang, kapok gw wak, gg lagi lagi,” tutur ican kesal. 

“lu ini kan, mantan aktivis mahasiswa can, katanya gg mau ikut demo demo yang dibayar gitu, katanya yang ikut demo bayaran itu sama kayak pelacur, berarti lo sekarang pelacur yang tak dibayar dong can,” ujar bang jabat sambil tertawa ngakak dan lepas sebab sudah mulai “fly” akibat minum tuak kelas satu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun