Pada tahun 2004, psikolog Harvard Jerome Kagan dan Nancy Snidman mengajukan pertanyaan: Apakah bayi yang pemalu dan berhati-hati tumbuh menjadi orang dewasa yang pemalu dan berhati-hati? Mereka merancang serangkaian eksperimen untuk menemukan jawabannya.
Dalam sebuah penelitian, mereka memaparkan bayi pada hal-hal baru bagi mereka dan mencatat reaksi mereka. Beberapa bayi bereaksi keras seperti mengeluarkan suara, menangis, dan memukul-mukul lengan dan kaki mereka. Bayi-bayi lain bereaksi dengan tenang, menerima rangsangan baru seperti seekor kucing yang bersantai di bawah sinar matahari sore.
Bertahun-tahun kemudian, Kagan dan Snidman kembali ke orang-orang di ruang kerja mereka dan menghubungi mereka. Apa yang mereka temukan adalah bayi yang dianggap "sangat reaktif" umumnya tumbuh menjadi orang dewasa yang berhati-hati dan penakut. Sebaliknya, bayi yang "reaktif rendah" adalah orang dewasa yang mudah bergaul dan tidak takut mengambil risiko.
Studi mereka menunjukkan kepada kita sesuatu yang penting tentang apa yang oleh para psikolog disebut "temperamen."
Temperamen vs. Kepribadian
Temuan Kagan dan Snidman menunjukkan adanya hubungan langsung antara perilaku kita saat masih anak-anak dan perilaku kita saat dewasa -- dengan kata lain, gen kita. Yang menjadi titik tolak penelitian mereka adalah temperamen, yang merupakan cara umum kita menghadapi dunia: introvert atau ekstrover, hati-hati atau berani, serius atau bebas.
Temperamen berbeda dengan kepribadian yang menurut peneliti lebih fleksibel. Kepribadian dibangun seumur hidup, kumpulan karakteristik yang menjadikan kita unik, seperti pernak-pernik di rak buku yang melapisi pengalaman satu per satu. Berbeda dengan temperamen yang lebih stabil, kepribadian kita berubah seiring bertambahnya usia, belajar, dan bertumbuh.
Introversi dianggap sebagai sebuah temperamen - cara umum dalam mendekati dunia - sehingga bagi sebagian besar orang, hal ini tidak akan berubah secara dramatis seiring berjalannya waktu. Sekali introvert, tetap introvert. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang menjadi lebih introvert seiring bertambahnya usia .
Ekstroversi Terkait dengan Dopamin
Penelitian lain yang cukup baru mengungkap bagian lain dari teka-teki genetik. Bagaimana mereka melakukannya? Dengan perjudian.
Pada tahun 2005, peneliti Michael Cohen dan rekan-rekannya meminta para sukarelawan untuk meluangkan waktu bermain permainan untung-untungan sambil terhubung ke pemindai otak. Beberapa relawan bertekad menjadi introvert, sementara yang lain ekstrover. Tak heran, ketika para peserta memenangkan pertaruhan dalam permainan tersebut, reaksi para introvert dan ekstrovert berbeda-beda.