Seekor anjing jantan sedang mondar-mandir. Selama puluhan tahun menjaga rumah tuannya, ia tak pernah merasa gelisah seperti ini. Matanya tak bisa lepas dari sebuah pemandangan di depan rumah tuannya. Seekor anjing betina putih yang cantik dan memikat hatinya.
Seperti manusia, anjing juga punya prinsip. Selalu setia pada tuannya. Tapi bagaimana dengan cinta? apa salah jika anjing juga memiliki perasaan cinta? hanya orang pendendam saja yang tak setuju bahwa anjing bisa jatuh cinta. Lagipula kesetiaan pada tuannya bukankah bagian dari cinta?
Baiklah, kau boleh saja mengamini atau sebaliknya mengatakan hal ini hanya kekonyoloan semata. Kita selalu menganggap anjing hanya menyalak, jaga rumah, kawin saat birahi memuncak, serta mengendus jejak kejahatan. Lebih parah lagi anjing dikonotasikan dengan umpatan.
Pagi itu, seperti biasa tuannya berangkat kerja. Hanya ada asisten rumah tangga serta istrinya yang rajin menunggu waktu. Anak-anak mereka sudah besar. Praktis anjing jantan itu seperti senasib, mulai dihampiri kesepian.
Tapi tidak, jangan tergesa-gesa menilai demikian. Anjing jantan itu tetap setia. Ia juga mungkin tak merasa kesepian lagi. Paling tidak sejak ada anjing betina putih yang sering menyalak manja di seberang rumah. Entah bermaksud menggoda atau ingin berkenalan. Sepertinya sulit ditebak. Apakah anjing betina juga sama dengan perempuan yang sedang jatuh cinta? butuh pengertian yang ekstra dari lelaki? sulit ditebak dan punya pilihan yang tak jelas? entah.
Terkadang anjing jantan punya niat lompat pagar. Namun buru-buru niat itu dibatalkan. Ia tak mau dibuang gara-gara menjadi anjing pengkhianat. Ia juga tak mau mengingkari kodratnya sebagai makhluk paling setia. Hanya saja ia gemas, seolah-olah anjing betina putih itu terus menggodanya. Gelisah terus merundung di kepalanya. Seharian hanya bisa melihat tapi tak mampu mendekat.
Bolak-balik asisten rumah tangga ngomel, "Dibelikan makanan mahal nggak pernah habis, ntar kalau kurus aku yang dimarahi tuan." Anjing jantan itu tak menggubris. Makan tak nikmat. Selalu teringat anjing betina putih. Toh, selama ini tuannya juga tetap sayang. Malahan jika dilihat dari tugasnya, mereka sama-sama melayani tuannya. "Jangan saling menyalahkan," gerutunya.
Lalu bagaimana jika ada anjing jantan asing yang lewat? apalagi bertingkah seperti bingung mencari tempat kencing, lalu kakinya diangkat satu. Bukankah itu sama saja dengan mencari perhatian anjing betina putih?
"Kurang ajar" batin anjing jantan. Ia segera bangkit lalu menyalak sekerasnya, menghalau anjing jantan asing.Â
"Kau pikir aku tak tahu maksud busukmu?" gonggongnya sembari berdiri sigap.
Waduh, rupa-rupanya ini benar-benar perasaan jatuh cinta. Gawat. Sebab setiap percintaan selalu ada kesetiaan, kerinduan, pengorbanan dan pertemuan. Jika hanya berjarak seberang rumah saja tapi tak pernah bertemu bukankah itu hubungan jarak jauh?
Sebentar. Tunggu sejenak. Katanya cinta butuh pengorbanan? apakah anjing jantan sudah berkorban? apakah sekedar menyalak? atau hanya menghalau anjing asing saja? inilah bagian penting dari cinta.Â
Kau boleh saja tak sepakat. Tak ada yang melarang. Demikian pula dengan anjing jantan, ia ingin mencoba sesuatu. Bentuk pengorbanan sebagai bukti dari sebuah gelora cinta, juga bagian dari meraih mimpi.
Seperti pada pagi itu, anjing betina putih nampak mengibaskan ekornya serta bertingkah lincah. Matanya berbinar seperti bahagia dan menggemaskan.
Sementara, anjing jantan mulai menyalak pendek dan lembut. Mirip mengucap salam mesra. Perlahan tubuhnya menggeser pagar. Rupanya asisten lupa tidak mengunci saat pergi belanja. Artinya anjing jantan berkesempatan menemui pujaan hati lebih dekat.
"Blak!" lemparan kayu mengenai leher anjing jantan. Ia terkejut melompat. Berlari seraya menyalak keras dan tajam. Ada kesakitan di tubuhnya.Â
"Saat ini paling penting adalah menyelamatkan diri," pikirnya singkat. Tak peduli siapapun penyerangnya dan dari manapun arahnya. Di kejauhan ada tempat aman, sebuah rumah kosong.Â
"Disini lebih aman," menurut anjing jantan sambil merasakan kesakitan.
Sialnya mendung mulai merayap. Gelap begitu cepat menyergap. Gerimis perlahan turun. Lengkap sudah pengorbanan kali ini. Ditambah lagi dengan rasa nut-nutan di leher, anjing jantan itu mencoba menyalak. Namun sia-sia. Gerimis telah mengusung hujan yang demikian derasanya. Suara hujan terus membuat perasaan anjing jantan semakin kacau.
Anjing jantan menyesal. Harusnya ia tetap diam di depan garasi. Sambil mengamati anjing betina putih. Tapi cinta butuh pengorbanan. Jangan ada penyesalan. Sebab jika besok ada anjing jantan asing mendekat itu sama saja membuahkan penyesalan.
"Kurang ajar, mengapa aku jadi begini" umpatnya sambil terus mengibaskan tubuhnya. Seketika butiran air menciprat lepas dari bulu-bulunya.Â
Mungkinkah ini buah kecurangan? atau ini sebagai awal pengkhianatan? Anjing jantan itu terus menyelami sesal paling dalam. Ia berniat meninggalkan rumah kosong. Tak ada lagi tempat terbaik untuknya. Bahkan bisa saja cintanya kandas di sore ini.Â
"Sudah lupakan saja," sambil menerobos hujan.
Langkahnya berat. Diiringi guntur yang menyalak-nyalak keras. Raganya terasa sekarat. Kepalanya menunduk menganggap dirinya paling bodoh. Sesekali bayangan anjing betina putih melintas, tapi ia segera sadar, tubuhnya telah kuyup. Ia tak ingin pulang sebagai pecundang. Lebih baik melangkah keluar dan menjauh dari rumah tuannya.
Angin dingin bersiut di sela-sela air hujan. Tubuh anjing jantan semakin gigil. Matanya sayu serta mulai ringkih. Ia menganggap sesore ini siapa yang mencari anjing jantan seperti dirinya? bukankah tuan-tuan akan pulang setelah seharian tak punya waktu untuk mengagungkan pekerjaan?
Anjing jantan itu terus mengutuki dirinya. Menyesali pertimbangannya yang dangkal. Kini ia menjadi pengkhianat, keluar dari rumah tuannya yang selama ini telah baik padanya. Matanya mulai kehilangan terang, bahkan saat jalanan kota diserbu remang-remang lampu jalanan. Ini hari paling temaram, pilu, dan gigil baginya.
Hujan telah menghunus kecurangan. Semakin malam ia merasa makin keparat. Gigil terus menyayat tubuhnya. Sisa air hujan seperti memarahi dirinya, "Makanya kalau dibelikan makanan mahal dihabiskan, sekarang baru tahu kan rasanya kelaparan?"Â
Anjing jantan itu makin dilibas hujan. Tubuhnya makin kuyup. Lalu lalang orang segera ingin pulang. Tak ada yang peduli. Tak ada yang mencari, dan malam telah menendangnya telak.
Esok pagi tuannya menangis meraung-raung. Sebuah berita televisi menyiarkan ada seekor anjing mati mengenaskan di kubangan jalan kota. Ia mati mengenaskan karena nekad menduakan kebenaran, yaitu mengingkari kesetiaan dan menerobos hujan.
SINGOSARI, 15 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H