Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Penulis Batu Nisan

31 Januari 2022   23:20 Diperbarui: 2 Februari 2022   04:01 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makam.| Sumber: Pixabay via Kompas.com

Jika hari libur tiba, mereka berkumpul lalu berkonvoi di jalanan. Tak ayal kemacetan serta raungan mesin seperti memaksa orang lain menyerahkan ketenangan. Mereka tak peduli jalanan umum. Bagi mereka simbol duniawi sangat penting untuk dipamerkan.

Almarhum sendiri meninggal dalam kecelakaan sepulang konvoi dari luar kota. Mungkin kelelahan atau nasib apes sedang menimpanya. Seperti ungkapan bahwa kematian seseorang seringkali bersama dengan apa yang digemarinya.

Semua menjadi pelajaran, bahwa kekayaan tak mampu menghidupkan orang mati. Kemewahan yang dipamerkan tak mampu membuat takjub saat orang itu mati, terbujur kaku di dalam peti. Pada akhirnya tetangga pula yang akan disibukkan saat prosesi pemakaman.

Dani sendiri memetik sebuah hikmah kematian tetangganya itu. Apa yang dibanggakan semasa hidup tak satupun ikut dibawa mati. Sebagus apapun pakaian kematian masih lebih bagus sebuah kebajikan semasa hidup. Jika berlebih, berbagilah. Jika bisa memudahkan orang lain, mudahkanlah. Jangan membuat macet jalanan hanya untuk menyenangkan diri sendiri.

Semakin dewasa, Dani menjadi lebih berhati-hati. Ia tak lagi anak kecil yang merengek lalu menangis jika tak dituruti. Ia juga ingin tetap melaksanakan pesan bapaknya, tak perlu menunggu kaya untuk bermanfaat bagi sesama.

Dani memilih melanjutkan studi di jurusan agama. Ada panggilan hati yang kian tumbuh subur untuk menjalani kehidupan dengan religius. Dimana saat ini sangat berat menjalani kesalehan dalam sosial. Godaan demi godaan duniawi terus merongrong lingkungan tempatnya tinggal.

Misalnya, beberapa bulan lalu ada tetangganya yang masih remaja harus menggugurkan kandungan hanya karena salah pergaulan. Nyawa seperti tak ada artinya. Korban selalu menyesal di akhir. Dosa membayangi pikiran. Pada akhirnya kenyataan pahit harus diterima, remaja itu harus menanggung malu dan mengakhiri hidupnya sendiri.

Sekali lagi, Dani menorehkan tulisannya pada batu nisan. Sebuah nama anak manusia yang tak mampu menahan godaan syahwat. Tetangga yang menyaksikan kuas kecil menari di atas batu nisan turut prihatin. Mengapa kesucian cinta begitu rapuh dan mudah dirusak oleh bujuk rayu. Mengapa pula perempuan selalu tertindas.

Nampak keluarga menangisi di samping kubur yang baru menggunung itu. Guratan duka begitu meronta jiwa ibunya, menusuk ketegaran bapaknya. Mau bagaimana lagi, zaman demikian cepat berubah. Informasi seperti banjir bandang. Bagi insan yang dimabuk asmara, percintaan mudah disusupi konten pornografi. Lalu penyesalan selalu datang di akhir babak kehidupan.

Kini Dani semakin memahami. Waktu tak mungkin diputar kembali. Kemarin adalah sejarah. Hari ini adalah anugerah, dan esok adalah misteri. Maka siapa saja yang pandai memanfaatkan waktu adalah orang yang beruntung. Pelajaran alamiah yang diasup Dani ini kian menjadikan dirinya bersahaja. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.

"Nanti ditulis nama saja ya Nak Dani, nggak usah pakai gelar" pinta istri profesor yang meninggal pagi ini.
"Biasanya bapak minta disebutkan gelarnya bu" sanggah salah satu putra almarhum profesor.
"Nggak, nama saja, nggak pakai gelar" tegas ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun