Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Hidung Belang yang Menipu Keluarga Bodoh

29 Mei 2021   15:57 Diperbarui: 29 Mei 2021   21:03 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

----- *****-----

Sore itu Giono belum pulang. Ginah sebagai ibunya menjadi cemas. Meskipun mantan pelacur gila, kini ia berangsur-angsur menjadi perempuan yang sedikit waras, hanya sedikit konsleting saja kata tetangga. "Lumayan sudah agak nyambung kalau diajak bicara" kata salah satu tetangganya. Oleh karena itu Ginah memaksa suaminya untuk mencari anaknya. Disuruh pulang, jangan dimarahi.

"Pak, mbok ya dicari to kemana Giono kok sampai sore begini belum pulang" saran Ginah kepada suaminya yang dari tadi pagi hanya duduk-duduk saja di lincak.

"Kamu ini memang gila Ginah, anak nakal kok dicari, aku nggak sudi mencari anak nakal. Aku sebagai bapaknya saja patuh kepada ibuku, masak dia nggak patuh sama kamu" jawab Gimun seraya beranjak dari lincak menuju kamar.

Ginah menyusul Gimun masuk ke kamar. Mereka berdebat tentang Giono anak satu-satunya yang nakal dan tak mau pulang. Sebagai tukang serabutan, tentu Gimun tak sanggup memenuhi permintaan anaknya untuk beli kulkas. Apalagi Giono sering minta air dingin ke beberapa tetangga. "Jadi buat apa beli kulkas, kan tetangga masih bisa memberi air dingin?" kilah Gimun saat istrinya terus mendesak beli kulkas.

"Makanya jadi orang itu pernah sekolah, jangan mau dibodohi terus-terusan, beli kulkas bekas kan bisa!" timpal Ginah tak mau kalah. Merasa tersinggung Gimun malah menyalahkan anaknya. "Ah sudah...sudah, aku muak dengan kulkas. Gara-gara anakmu itu aku jadi ikutan gila."

"Gila gimana? memang kita ini gila semua Pak! mana ada manusia yang waras?" Ginah membalas sengit. 

Perdebatan terus bersahutan tak bertemu titik temu. Maklum, yang satu bodoh dan yang satunya lagi baru sembuh dari gila. Hingga saat malam beranjak dewasa kedunya kelelahan. Sayup-sayup terdengar suara cekikikan dari dalam kamar, dilanjutkan suara mendesah yang tak begitu jelas.

Esok paginya, saat mentari naik ke siang, kedua makhluk itu masih tertidur. Pintu rumah dalam kondisi terbuka. Secercah sinar mentari menerobos ruang tamu yang hanya terisi tikar dan lincak. Sinar mentari itu menangkap sosok lelaki yang sempoyongan masuk ke dalam rumah. Ya, siapa lagi dia kalau bukan Giono. Anak nakal yang semalam diperdebatkan oleh orang tuanya.

Giono ambruk di tikar itu. Wajahnya pucat pasi. Baunya menyengat tidak pernah mandi dan matanya sangat lengket. Kantuk berat atau mabuk? Entahlah, sulit dibedakan.

"Pak anak kita pulang" seru Ginah saat hendak menuju ke halaman depan rumah. Mendengar suara girang istrinya saraf kesadaran Gimun memuncak. Ia bangkit dan menuju ke anaknya yang sudah terlentang diatas tikar dan mendengkur dengan nada oktaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun