Dinihari tinggal seorang pelayan yang bertahan di cafe itu. Lereng bukit hanya menyisakan kelap-kelip dari kejauhan. Lampu-lampu kota dari atas bukit juga nampak tak seterang sebelumnya. Pelayan itu membobong Amran keluar dan memasukkan ke dalam taxi. Semenit kemudai taxi menembus kabut dan cafe segera tutup.
Embun berkejaran bersama dinihari. Kemungkinan dan pilihan sama-sama mengejutkan. Tak ada yang membuatnya bersedih. Amran memang telah pensiun dari dunia sastra. Ia hanya ingin menumpahkan rasa. Pada perempuan yang telah menggoda pandangannya. Namun kemungkinan berkata lain. Pilihan kadangkala pahit seperti empedu. Seorang penyair bernama Amran ditemukan menggigil di emperan toko. Gitarnya patah. Puisinya berceceran bersama sebuah undangan pernikahan.
SINGOSARI, 20 desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H