Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elegi Penyair dan Gitar Patah

20 Desember 2020   16:41 Diperbarui: 20 Desember 2020   16:42 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://i.ytimg.com

Dinihari tinggal seorang pelayan yang bertahan di cafe itu. Lereng bukit hanya menyisakan kelap-kelip dari kejauhan. Lampu-lampu kota dari atas bukit juga nampak tak seterang sebelumnya. Pelayan itu membobong Amran keluar dan memasukkan ke dalam taxi. Semenit kemudai taxi menembus kabut dan cafe segera tutup.

Embun berkejaran bersama dinihari. Kemungkinan dan pilihan sama-sama mengejutkan. Tak ada yang membuatnya bersedih. Amran memang telah pensiun dari dunia sastra. Ia hanya ingin menumpahkan rasa. Pada perempuan yang telah menggoda pandangannya. Namun kemungkinan berkata lain. Pilihan kadangkala pahit seperti empedu. Seorang penyair bernama Amran ditemukan menggigil di emperan toko. Gitarnya patah. Puisinya berceceran bersama sebuah undangan pernikahan.


SINGOSARI, 20 desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun