Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siluman Cicak Pemerkosa Gadis

5 Oktober 2020   23:35 Diperbarui: 7 Oktober 2020   17:40 3255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://img-srv0.prgrm.id

Kejahatan akan terus merajalela jika orang benar tidak berbuat apa-apa, demikian kata pepatah. Maka, atas dasar keprihatinan kondisi tersebut, ada seorang arif lagi alim yang mencoba mencari cara untuk menghentikan kejahatan ini. Sebutlah namanya Kyai Ngabehi.

Kyai Ngabehi telah mendapat isyarat bahwa salah satu cara menghentikan kejahatan terhadap gadis-gadis itu adalah dengan cara membunuh cicak yang ada di rumah. Cicak sendiri sesuai keyakinan Kyai Ngabehi diperbolehkan untuk dibunuh. Bahkan cicak adalah salah satu hewan yang berkhianat kepada utusan Tuhan.

Maka sejak saat itu tersebarlah kabar tentang kewajiban membunuh cicak yang ada di dalam rumah pada malam hari. Entah berapa ekor cicak yang telah dibunuh secara masal itu. Bahkan ada yang dikumpulkan di lapangan lalu dibakar.

Ki Bejat yang terus beradu cepat dengan pembunuhan cicak secara masal itu juga tak menghentikan ritualnya. Kurang segelintir gadis lagi ilmunya akan sempurna. Ia berjalan mengincar rumah yang memiliki gadis. Menandai dan beraksi malam harinya.

Sampai di rumah sasaran, ia baca mantra berulang-ulang. Lalu tubuhnya mengecil berubah menjadi cicak. Sayang, saat ia menerobos lubang dinding bambu, ekornya tersangkut kawat untuk menggantuk lampu teplok (lampu tempel menggunakan api berbahan bakar minyak tanah).

Ekor itu putus dan tetap bergerak-gerak sendiri. Sementara Ki Bejat tak sabaran, ia segera melompat ke arah gadis yang sedang ditunggui ibunya. Tubuh Ki Bejat perlahan membesar berwujud manusia supaya bisa mendekap gadis itu.

Mungkin sudah menjadi takdir, ayah gadis itu melihat seekor cicak dari tadi. Sebuah pukulan sapu lidi membuat cicak itu terkapar menggelepar. Tubuhnya kejang-kejang. Ekornya mengeluarkan darah.

Amarah Ki Bejat memuncak. Ia segera membaca mantra untuk menyelamatkan diri. Namun sia-sia. Ayah gadis itu kembali memukulkan sapu lidinya untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, keempat kalinya dan kelima kalinya sampai cicak diam tak bergerak.

Perlahan wujud Ki Bejat mulai nampak. Seisi rumah histeris. Tetangga berdatangan. Para penjaga pos kamling juga berlarian ingin tahu. Sosok siluman cicak jadi-jadian yang selama ini dicari telah terkapar. Pantatnya terus mengeluarkan darah. Ki Bejat hanya mengerang kesakitan. Namun orang-orang tak peduli.

Ki Bejat diseret keluar. Tubuhnya dibakar, tapi tidak mempan. Orang-orang kebingungan. Harus diapakan mahkluk siluman ini. Malam itu pihak kepolisian datang. Pamong desa juga. Tak ketinggalan Kyai Ngabehi.

Atas saran Kyai Ngabehi maka jasad Ki Bejat di penggal dan dikuburkan di tempat terpisah. Kepala Ki Bejat dikubur di tengah kota, dibawa pohon beringin. Sedangkan tubuhnya dikubur di lereng gunung. Seperti cicak, konon jika ekornya terputus masih ada seperempat nyawa. Maka, untuk memastikan bahwa Ki Bejat benar-benar mati haruslah dipenggal dan jasadnya dikubur di dua tempat terpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun