Aku segera mandi. Tempat jemuran handuk serta perlengkapan mandi seperti sabun dan sikat gigi sudah disediakan di dekat kamar mandi. Usai mandi masuk kamar dan melakukan rutinitas seperti biasa. Nonton TV, makan nasi goreng lalu tidur.
Saat tertidur itulah antara sadar dan tidak sadar aku merasakan ada tubuh yang memelukku dari belakang. Aku tetap berbaring miring menghadap tembok. Lama kelamaan keberanianku luntur juga. Bulu kudukku berdiri semua. Naluriku mengatakan, "Aku ingin tahu siapa dirimu."
Sebelum tubuhku berbalik arah sebuah bisikan lembut mengejutkan hatiku. Sebuah bisikan dari perempuan yang tidak asing di telingaku.
     "Arman, aku cinta kamu" bisik suara itu. Tubuhku segera berbalik dan benar dugaanku.
     "Cindy? gila kamu!" aku setengah membentak.
Cindy mengaku bahwa sebenarnya ia tidak pamit pulang. Ia menyelinap masuk kamarku yang tak terkunci. Selama aku mandi, nonton TV dan makan nasi goreng ia bersembunyi di lemari yang penuh dengan baju digantung.
Malam itu aku tidak tidur. Aku baru tahu selama ini Cindy menaruh hati padaku. Tapi, tidak begini caranya. Apalagi dia mahasiswi yang jelas-jelas masuk dalam kamarku. Ini artinya aku telah melanggar peraturan kost. Terbayang aku besok akan pergi meninggalkan kamar ini. Kamar kost yang sesuai idaman, dan aku terlanjur kerasan.
     "Baiklah, apa maumu sekarang!" tanyaku dengan sedikit emosi.
     "Aku mencintaimu Arman" jawab Cindy merayu.
     "Ya, tapi apakah kamu sadar jika begini caranya akan merusak segalanya. Besok aku pasti diusir dari kost ini. Lalu orang tuaku akan marah besar. Aku menghargai cintamu, tapi caramu seperti ini justru merendahkan diri sendiri sebagai kekasih. Pikirkan itu Cindy!" emosiku meletup tak terkendali.
     "Maaf Arman. Aku ingin menyatakan cinta hanya untuk malam ini saja. Jika tak kau terima, malam ini juga aku akan pergi" kata Cindy dengan nada iba.
     "Masa bodoh, mau malam ini kek, besok malam kek, sampai kapanpun aku tak setuju dengan caramu" balasku seraya mengusap kening dengan tisu. Keringatku semakin deras. Amarahku memuncak. Aku tak habis pikir dengan kelakuan Cindy ini.
Cindy mendekatiku. Aku menggeser tempat duduk. Kali ini aku bersandar di dinding dekat pintu. Cindy terus mendekatiku. Semakin dekat, dekat dan sangat dekat. Bahkan kurasakan dengus nafasnya yang tak teratur di bibirku.
     "Arman, peluk aku" bisik mesra Cindy. Tubuhku bergetar. Aku terus menguatkan hati untuk tidak tergoda. Jujur, aku juga pria normal. Pria yang menyukai lawan jenis.
Seketika aku reflek bangkit dan berdiri tegak. Tanganku segera meraih pintu, lalu kubuka pintu itu lebar-lebar. Aku berlari keluar kamar. Turun melalui tangga dan terus memanjat pagar.
Sekarang aku sudah ada diluar area kost. Nafasku terengah-engah. Aku seperti orang gila yang berjalan sendiri di tengah gang yang dipenuhi kost di kanan kirinya. Berjalan terus dan tak memikirkan kemana tujuannya. Aku hanya ingin menghindari Cindy. Cepat atau lambat, sekarang atau besok sama saja. Pasti aku akan diusir dari kost.