Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Anak di Dekat Monumen Kota

20 September 2020   20:25 Diperbarui: 20 September 2020   20:40 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://exist-art.blogspot.com

Sementara di seberang jalan nampak muda-mudi mulai berdatangan di pinggir lingkar monumen di tengah kota. Kursi taman yang basah diseka dan menjadi tempat bermanja hingga malam. Mereka berkhayal tentang masa depan yang indah-indah di bawah temaram lampu kota.

Jalan Bubutan semakin larut. Malam terus mendesak keheningan usai hujan. Rompi parkir telah dilepas dari tubuh Erwin. Seplastik kopi telah berpindah dalam lambung Erwin. Pasien terakhir keluar dari ruang praktek dokter bersama. Pasien berjaket dengan syal di leher itu mulai memasuki kendaraannya.

Dari pos jaga, Erwin segera berlari kecil menyusul kendaraan terakhir pasien itu. Ia memberi aba-aba layaknya juru parkir berpengalaman.

"Mundur....yak,....terus....terus, kanan...mundur" aba-aba Erwin. Seperti biasa sebelum kendaraan melaju Erwin sudah sigap di samping pintu pengemudi.

"Kamu Erwin kan?" tanya pengemudi.

"Ya pak" sahut Erwin singkat.

"Bu, dia Erwin" jelas pengemudi itu kepada penumpang di sebelahnya.

"Sini kamu Win" panggil sebuah suara yang tak asing bagi Erwin. Ya, suara itu adalah dari Bu Maria yang malam ini berobat.

"Kenapa malam-malam disini?" tanya bu Maria.

"Setiap malam saya kerja jadi juru parkir bu, ibu saya sudah tua, ayah sudah lama meninggal. Saya tak punya saudara" balas Erwin seraya menundukkan kepala.

Malam itu Bu Maria tak sanggup menahan gerimis di kedua matanya. Bahkan lebih deras ketimbang hujan dari siang hingga petang tadi. Tak ada pembicaraan serius selain tepukan pundak untuk Erwin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun