Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunga Tabur

26 Agustus 2020   22:32 Diperbarui: 27 Agustus 2020   07:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, sementara tinggal disini sampai cucuku datang membawa bunga"

Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba pandanganku seperti berputar hebat. Aku seperti masuk dalam lorong yang terang di ujungnya. Ketika sampai di ujung yang terang itu mataku terbuka. Kulihat wajah sedih Ibu. Tubuhku pun digoyang-goyang ibu.

"Tolong nak taburkan bunga ini di makam Kakek dan Nenek, biar Mas Andre nanti yang mengantar. Bapakmu belum pulang" pinta ibu.

Tanganku gemetar menerima bunga tabur yang terbungkus daun pisang itu. Sementara di telingaku semakin nyaring suara sapu lidi yang sedang disapukan ke tanah. 

"Sreeekkk.......sreeeekkk.......sreeeeekkkk"


SINGOSARI, 26 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun