"Besok nggak ikut May day mas?" tanyaku pada tetangga.
"Waduh mas, pabrik mau tutup, nggak mikir demo mas" jelas tetanggaku.
"Lho, apa ada PHK atau gimana mas?" selidikku ingin tahu lebih jauh.
"Kayaknya beberapa dirumahkan mas" pungkasnya dengan mimik sedih.
Coba bagaimana perasaan anda ketika ada tetangga yang hari ini bersiap-siap untuk dirumahkan? Meski saya sendiri belum tahu jelas apa maksud tetangga dengan kata "dirumahkan".
Apakah akan ada PHK atau hanya berhenti bekerja sementara. Saya tidak berani memburu tanya terus, sebab saya juga tak ingin mengganggu pikiran tetangga saya. Wajahnya sudah kusut, ini sudah akhir bulan, besok libur peringatan hari buruh. Ditambah lagi bulan depan akan lebaran. Kendati hanya di rumah saja, lebaran adalah kebahagiaan bagi umat Islam.
Tetangga saya lalu masuk ke dalam rumah. Tidak seperti biasa, pulang jam empat sore. Biasanya kalau lembur bisa sampai jam sepuluh malam. Saya jadi teringat percakapan saat bersih-bersih makam sebelum bulan puasa tiba. Tetangga saya bercerita bahwa barang rakitan yang akan di ekspor ini adalah sisa stok tiga bulan lalu. Artinya barang rakitan itu sudah menunggu antrian pada bulan Desember 2019 lalu.
"Apakah bulan Januari tidak ada pesanan mas" tanyaku saat itu. "Berhenti total mas, sampai sekarang, sejak adanya covid-19 di China, pesanan dari luar negeri berhenti total. Mungkin karena efek karantina atau lockdown, saya sendiri kurang paham" paparnya.
Jika antrian bulan Desember dikerjakan bulan Januari, itu artinya bulan Februari sudah selesai. Paling lambat kata tetangga saya semua pesanan akan selesai dikerjakan pada bulan Maret.
"Berarti pesanan bulan Februari sampai Maret tidak ada ya mas" timpalku.
"Ya belum tahu mas, kata bagian marketing tidak ada pesanan, ya nggak tahu nanti, apa lagi yang bisa dikerjakan."
Tetangga saya mungkin salah satu dari sekian banyak kasus buruh yang selama ini hanya tersiar melalui berita-berita saja. Bahwa mereka pada posisi yang rentan mengalami PHK. Suatu pilihan sulit bagi perusahaan, sekaligus mengiris hati bagi buruh. Sebab, dengan demikian belum ada kepastian ke depan bahwa kesejahteraan mereka terjamin.
Mungkin mereka para buruh bisa mensiasati untuk jangka waktu beberapa bulan. Lalu, selanjutnya seperti apa masih menjadi tanda tanya besar. Itu yang mungkin agak lumayan nasibnya. Lantas bagaimana buruh yang benar-benar apes? tiba-tiba terkena PHK dan tidak mendapat pesangon?Â
Sampai sekarang saya tak sampai hati melihat mereka. Namun, justru kini tetangga saya samping rumah yang membuat saya semakin merasakan bahwa ini benar-benar terjadi, di depan mata.
BAGAIMANA JIKA BULAN DEPAN TETANGGA BENAR-BENAR DIRUMAHKAN?